
JAKARTA – Kementerian Perindustrian memacu penumbuhan industri fashion nasional sekaligus meningkatkan daya saing dan produktivitasnya. Industri fashion merupakan ujung rantai industri tekstil yang memiliki nilai tambah tinggi serta sebagai salah satu dari 16 kelompok industri kreatif yang berperan penting dalam perekonomian nasional.
Hal itu ditegaskan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam pembukaan Indonesia Fashion Week (IFW) 2017 di Jakarta, Rabu (1/2).
“Industri fashion berkontribusi besar terhadap devisa negara, PDB nasional dan penyerapan tenaga kerja. Mengingat besarnya peran tersebut, maka kami terus melakukan berbagai upaya strategis untuk pengembangan industri fashion di dalam negeri,” kata Airlangga melalui siaran pers di situs Kemenperin.
Dia mengungkapkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor produk fashion pada tahun 2015 mencapai USD12,11 miliar dengan pasar utama Amerika Serikat, Eropa dan Jepang. Selanjutnya, kontribusi industri fashion terhadap PDB nasional sebesar 1,21 persen.
“Sedangkan, sebagai sektor padat karya, industri fashion mampu menyerap tenaga kerja sebanyak dua juta orang atau 14,7 persen dari total tenaga kerja di sektor industri,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Airlangga mengimbau kepada para desainer dan pelaku industri fashion yang hadir agar mulai menggunakan bahan baku, bahan penolong dan aksesoris produksi dalam negeri.
“Hal ini untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku impor,” tambahnya.
Dia memberikan apresiasi kepada Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) yang secara konsisten menyelenggarakan IFW sejak tahun 2012. “Kami yakin IFW telah menjadi kegiatan tahunan yang paling bergengsi bagi para pelaku industri fashion nasional untuk menampilkan produk-produk kreatif unggulan,” tuturnya.
Sementara itu, Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kemenperin Gati Wibawaningsih menyatakan, IFW 2017 yang merupakan penyelenggaraan kali ke-6 ini, diharapkan terus menjadi stimulus untuk meningkatkan kreativitas para IKM fashion dan desainer di dalam negeri agar mampu bersaing di pasar domestik dan global.
“IFW pertama kali diluncurkan di Kementerian Perindustrian pada tahun 2012. Kami telah memberikan berbagai dukungan kepada APPMI dalam penyelenggaraan kegiatan tersebut sepertifasilitasi fashion show, seminar dan stand pameran,” paparnya.
Sejak tahun 2012-2017, Kemenperin telah memfasilitasi sebanyak 462 stand pameran untuk para IKM fashion nasional dalam mempromosikan produk-produk unggulannya. Dari jumlah tersebut, Kemenperin telah mengeluarkan anggaran lebih dari Rp 6 miliar. “Anggaran tersebut dari DIPA Direktorat IKM dan IKTA. Tahun ini, kami sediakan 27 stand,” ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, Presiden IFW 2017 Poppy Dharsono mengatakan, IFW merupakan upaya berkesinambungan antara APPMI dan pemangku kepentingan untuk berkomitmen mengembangkan dan mempromosikan kekayaan budaya Indonesia melalui produk industri fashion.
“Dalam pagelaran tahun ini, IFW mengangkat sebuah tema yaitu Celebration of Culture, di mana tidak hanya ranah budaya yang diangkat, tetapi juga pariwisata Indonesia,” ungkapnya.
Dalam lima hari ke depan, IFW 2017 akan menampilkan 20 peragaan busana, 10 seminar, kompetisi dan lokakarya, talk show, serta memamerkan ratusan merek lokal.
“Dengan mengusung khazanah kekayaan Indonesia mulai dari budaya, wisata alam, maupun sumber daya manusia, diharapkan IFW dapat mengharumkan nama Indonesia hingga internasional melalui industri fashion,” tutupnya. (feb/*)
Komentar