NUSA DUA, BALI – Lima pelajar Indonesia berhasil menyabet lima medali emas di ajang International Junior Science Olympiad (IJSO) 2016. IJSO berlagsung di Nusa Dua, Bali dari tanggal 2 sampai 11 Desember diikuti oleh 40 negara peserta. Selain itu, pelajar “Merah Putih” juga berhasil meraih tujuh medali perak sehingga mengantarkan Indonesia pada urutan kedua setelah Cina Taipei.
Dikutip dari siaran pers Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Lima pelajar Indonesia yang berhasil menyabet medali emas dalam Olimpiade pelajar tingkat SMP itu adalah Nixon Widjaja (Indonesia A), Epofroditus Kristiadi Susetyo (Indonesia B), Aditya David Wirawan (Indonesia A), Winston Cahya (Indonesia A) dan Albert Sutiono (Indonesia A).
Tujuh pelajar yang memperoleh medali perak yaitu oleh Joan Nadia (Indonesia B), Haniif Ahmad Jauhari (Indonesia B), Raymond Valentino (Indonesia A), Arkananta Rasendriya (Indonesia A), Gede Aryana Saputra (Indonesia B), Timotius Jason (Indonesia B), Tanya Nuhaisy Wulandari (Indonesia B).
Tim B Indonesia menerima medali emas dengan predikat penghargaan The Best Team, perolehan nilai sejumlah 39,50. Para anggota tim tersebut yaitu Nixon Widjaja, Raymond Valentino, dan Arkananta Rasendriya.
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen) Kemendikbud Hamid Muhammad mengungkapkan pencapaian perolehan medali dari kedua tim Indonesia (Tim A dan Tim B) merupakan di luar ekspektasi dari Kemendikbud selaku bagian dari Tim Indonesia.
“Kita ekspektasinya tiga emas, karena tuan rumah, kita bersyukur karena diperbolehkan untuk mengirimkan dua tim, dan bahkan lebih bersyukur karena semua dapat lima emas, dan tujuh perak, bahkan ranking tim Indonesia ada di urutan kedua, setelah Cina Taipei,” ujarnya, Sabtu (10/12).
Pelaksanaan kompetisi internasional ini berbentuk tiga skema yaitu pertanyaan Pilihan Ganda yang telah berlangsung pada 4 Desember 2016, pertanyaan Teori yang telah berlangsung pada 6 Desember 2016 dan Eksperimen pada 8 Desember 2016.
Selain berkompetisi, terdapat rangkaian kegiatan edukasi yang melibatkan partisipasi peserta diantaranya, kunjungan edukasi ke tiga sekolah yaitu Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 3, SMPN 10, dan SMPN 1 Denpasar. Disini, para siswa berkesempatan untuk menonton suguhan pagelaran seni, belajar pentas kesenian daerah seperti menabuh gamelan, dan melukis.
Tidak hanya itu, kegiatan eduwisata dan malam budaya (Culture Night) turut meramaikan rangkaian kegiatan IJSO 2016. Pada malam kebudayaan, masing-masing peserta mendapat kesempatan untuk menampilkan budaya masing-masing, dan saling bertukar pengalaman mengenai kebudayaan yang dimiliki.
Nixon Widjaja, salah seorang tim Indonesia, mengakui kesulitan saat mengerjakan soal IJSO. Menurutnya, tingkat kesukaran soal itu lebih tinggi dari pelajaran umum di sekolah, bahkan banyak materi soal yang tidak diajarkan di kurikulum sekolah. Dia mengungkapkan kesulitan terbesar saat menghadapi mata pelajaran Fisika.
“Soalnya termasuk sulit, bagian teori terutama Fisika paling sulit, contohnya itu ada menghitung tekanan dan volume paru-paru,” jelasnya.
Sebanyak tiga mata pelajaran yang diujikan IJSO ke-13 ini, yaitu mata pelajaran Fisika, Biologi, dan Kimia untuk siswa yang berusia 15 tahun ke bawah atau jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tes berlangsung demgan tiga bentuk yaitu pilihan ganda (MCQ), teori, dan tes praktek (Experimental Test).
Pada saat bersamaan, penyerahan bendera IJSO 2016 dari Indonesia yang diwakilkan oleh Direktur Pembinaan SMP Ditjen Dikdasmen Kemendikbud Supriyono kepada Negara Belanda yang diwakilkan oleh R. Swartbkol, selaku Duta Besar Belanda untuk Indonesia. Penyerahan ini sebagai bentuk simbolisasi dari Belanda sebagai tuan rumah IJSO 2017. (feb/*)
Komentar