PADANG– Memperingati ulang tahun Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) yang ke 16, FJPI melakukan aksi gelar puisi secara bersama dengan virtual. Puluhan perempuan jurnalis Indonesia berkumpul di ruangan zoom, Sabtu (23/12/23) jam 11.00 hingga 12.30
Para jurnalis yang bertemu secara on line ini berasal dari Aceh hingga Papua membacakan puisi-puisi dengan tema perempuan. Diantara pembaca puisi ini ada yang menulis sendiri puisinya, ada juga yang membacakan puisi orang lain.
Menariknya, diantara 20 jurnalis perempuan pembaca puisi ini ikut juga Ninuk Rahayu, Ketua Dewan Pers. Ketua Dewan Pers, dan Uni Lubis, Ketua Umum FJPI.
“Kali ini kita tidak berbicara tetang jurnalistik, tetapi membaca puisi. Meski dipersiapkan dalam waktu kurang seminggu, acaranya cukup bagus,” ucap Uni Lubis, ketua Umum FJPI. yang juga menyebutkan tema HUT kali ini adalah Kata dan Makna.
Uni Lubis, membuat sendiri puisinya, begitu juga dengan Ninuk Rahayu ktua Dewan Pers yang membuat khusu puisinya untuk pers Indonesia.
Dari Sumatera Barat, Ka Bati tampil membaca puisi yang ia buat secara mendadak. Ka bati yang lama menetap di Leiden ini sangat terinspirasi dengan Rohana Koeddoes, maka lahirlah puisinya berjudul One Roehana.
Dari Koto Gadang ke Amsterdam
Ke Jantung Peradaban kolonial itu benar,
Kata berlari tiada henti
Terus…terus tak putus putus
Berhembus bak angin di bibir ngarai
Mengirai salibu nasib perempuan di tanah terjajah
Kata,
Dari Koto Gadang ke Amsterdam
Merarau…mendesau bak angin di hutan bambu
Kletak kletok suara sepatu kuda
Dengking pluit kereta bara
Dan gerbong-gerbong sarat berisi galian tambang, biji kopi dan rempah casiavera, kutitipkan kata…
Bebaskan kami
Merdekakan kami
Biarkan kami jadi penentu
Masadepan kami sendiri
Kata adalah kita
Kita adalah bangsa
Bangsa bukanlah mangsa
Dari Koto Gadang ke Amsterdam
Ke Jantung Peradaban kolonial itu benar,
Kutancapkan kata:
Kami Ingin Merdeka
Setelah membcakan puisinya, Ka bati teringat pada kumpulan esai Seno Gumirah Ajidarma: Ketika jurnalisme dibungkam, sastra harus bicara.
Dibawah ini adalah puisi karya Ninuk Rahayu Ketua Dewan Pers.
Sampai Disini atau Sudah Disini
Terkadang ada tanya
Akankah langkahku, langkah kami, langkah kita adalah langkah mereka
Dirasakan oleh mereka
Jangan-jangan hanya oleh saya, oleh kami, oleh kita, dan hanya dirasakan oleh saya
Perjalanan meski sudah terasa Panjang berlayar
Kadang berkelok, kadang terjal, menghimpit bahkan menghalangi langkah
Tak jua terlihat nyata akan sampai
Samar, buram bahkan terkadang gelap tak nampak
Bila langkahku adalah bagian dari keinginan ku, keinginan kami, keinginan mereka,
keinginan kita
Ku berdoa tiap saat dalam sujud dan tengadah tanganku
Ku ber-asa tanpa pantang menyerah agar langkahku adalah keinginan kami, harapan
mereka, harapan kita, bukan semata keinginan saya dan atas Petunjuk dan Jalan KetetapanMu
Wahai qolbu yang penuh sesak dengan dosa dan amarah
Wahai langkah yang penuh keluh dan nestapa
Wahai jiwa yang masih penuh aib dan dusta
Aku tahu, ku tidak mudah mengemban semua langkahku yang masih jauh tertingga
Aku tahu, ku tidak mudah mengemban semua langkahku yang masih jauh tertinggal
Ada mata dan hati yang mengajakku untuk tidak menghentikan langkah
Ada catatan yang harus aku baca
Ada langkah-langkah yang berjalan dan berlari mengajakku ikut dibelakangnya
Ada jiwa-jiwa yang menuntunku untuk meraih asa
Ada layar dan perahu yang mengajakku terus mengayuh sampai asa
Aku menolak sampai disini
Aku Sudah Disini untuk terus berlayar bersama, untuk saya, untuk kami, untuk kita, untuk
Mu Ya Robbi
Kata dan Makna 16 Tahun Forum Jurnalis Perempuan Indonesia
Selamat Ultah FJPI yang ke-16
Selamat Hari Perempuan
Selamat hari Ibu
Kita kayuh bersama
Untuk Para Jurnalis Perempuan Untuk Pers Indonesia.
Selamat HUT FJPI ke 16. (n)
