Gong Xi Fat Cai! Menikmati Suasana Imlek di Kawasan Pondok Kota Padang

Suasana perayaan Imlek di Kelenteng See Hin Kiong, Pondok, Kota Padang. Tak hanya warga keturugan Tiongkok, masyarakat etnis lain pun banyak memadati kawasan itu sekadar untuk menikmati suasana Imlek. (baim)
Suasana perayaan Imlek di Kelenteng See Hin Kiong, Pondok, Kota Padang. Tak hanya warga keturugan Tiongkok, masyarakat etnis lain pun banyak memadati kawasan itu sekadar untuk menikmati suasana Imlek. (baim)

PADANG – Perayaan tahun baru Imlek 2567 di tahun 2016 jatuh hari ini, Senin tanggal 8 Februari. Tahun baru ini menandai dimulainya tahun monyet api. Hari Imlek sendiri adalah hari pertama dari bulan pertama berdasarkan kalender bulan. Hari yang biasanya jatuh pada bulan Januari / Februari ini kebanyakan diperingati orang Tionghoa, Korea, Mongol, Tibet dan Vietnam.

Di Indonesia, tahun baru Imlek ditetapkan sebagai hari libur nasional dengan adanya Keputusan Presiden No 19 tahun 2002 oleh Presiden Megawati Sukarnoputri.

Tahun Baru Imlek atau yang disebut Sin cia oleh masyarakat Tionghoa yang berbahasa Hokkian dan Tiu chiu, tahun ini merupakan perayaan Sin Cia ke-2567. Ada beberapa ritual keagamaan yang dilakukan pada setiap perayaan Sin Cia. Ritual keagamaan tersebut terdiri dari beberapa macam dan sudah menjadi tradisi yang tidak terpisahkan umat Ru Jiao (agama Khonghucu) maupun masyarakat Tionghoa lainnya.

Hari pertama Tahun Baru Imlek atau Sin Cia yaitu Cia Gwee Ce It (dialek Hokkian) artinya tanggal 1 bulan 1 dalam penanggalan Imlek. Pada hari itu, kepala keluarga memimpin persembahyangan yang didahulukan melakukan sujud hormat ke hadapan Shang Di, kemudian dilakukan sembahyang penghormatan kepada leluhur dengan melakukan pai kui (memberi hormat sambil berlutut) sebanyak tiga kali.

Dupa/Hio dibakar sehingga harum dupa menyebar ke segenap penjuru rumah sebagai ungkapan harapan agar hidup seisi rumah membawa keharuman bagi nama leluhur. Selain itu, harum dupa itu juga mereka yakini dapat membuat suasana terasa tenteram di hati.

Dari pantauan padangmedia.com, Senin (8/2) sore di kawasan Klenteng See Hin Kiong, banyak sekali didatangi pengunjung, baik yang hendak melakukan sembahyang atau sekedar berfoto-foto menikmati suasana Imlek di Klenteng. Juga terlihat pada pelataran Klenteng Dupa-dupa besar / Hio dibakar berjejer menambah kesan ritual keagamaan yang kental.

Salah seorang tokoh masyarakat Tionghoa di Kota Padang yang juga anggota DPRD Kota Padang, Iswanto Kwara saat kepada padangmedia.com, menjelaskan bahwa tradisi setiah Imlek, semua keluarga saling memberi ucapan selamat. Yang muda memberi hormat kepada yang tua. Yang paling tua dalam keluarga mendapat penghormatan telebih dahulu. Anak dan cucu memberikan hormat sambil berlutut kepada ayah ibu dan kakek nenek, jelasnya.

“Yang muda mendoakan panjang umur sambil mohon doa restu kepada yang tua. Sedangkan yang tua mendoakan banyak hoki kepada yang muda sambil memberikan angpau sebagai perlambang jaminan kehidupan di tahun yang baru,” kata Iswanto Kwara.

Kemudian dikatakan, tentang pembakaran Dupa/Hio besar di Klenteng See Hin Kiong sama seperti sembahyang biasanya. Tapi, kalau ada yang berniat, maka mereka akan memakai hio yang besar tersebut.

“Hio besar juga bisa dipakai sebagai ucapan syukur dan terima kasih di perayaan Imlek atas apa yang telah didapat  selama ini,” ujarnya.

Ditambahkan, bagi anak-anak, perayaan Imlek tentu menyenangkan sekali. Karena, setelah memberi ucapan selamat Sin Cia mereka memperoleh angpau. “Setelah itu, kita akan mendatangi  para tetangga serta kerabat terdekat untuk saling memberikan ucapan selamat,” ungkapnya. (baim)

print

BERITA TERKAIT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *