PADANG PARIAMAN- Memanfaatkan lahan seluas lebih kurang lima hektare, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Barat membuka Sekolah Lapangan Iklim (SLI) di Nagari Pungguang Kasiak Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman. SLI berlokasi di Rawang Lokan itu menggandeng Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dengan waktu pelaksanaan lebih kurang empat bulan.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Barat Endang Kurnia Saputra atau akrab dipanggil Adang saat membuka secara resmi kegiatan SLI tersebut, Senin (25/9/2023) menjelaskan, pengenalan perubahan iklim menjadi penting bagi petani dalam mengelola masa tanam di lahan pertanian. Melalui kerja sama dengn BMKG, diharapkan petani mendapat edukasi terkait cuaca dan iklim sehingga bisa bercocok tanam pada waktu yang tepat dengan hasil yang memuaskan.
“Karena permasalahannya, petani kita perlu ditingkatkan pengetahuan tentang perubahan iklim atau cuaca sehingga nanti bisa menyesuaikan fenomena cuaca dengan musim tanam. Jika cuacanya tepat, pola tanam sudah benar, tentu hasil panen akan meningkat,” kata Adang.
Dia menambahkan, dalam program tersebut tim dari BMKG akan mengedukasi petani terkait perubahan iklim dan siap memandu petani melalui penyampaian informasi cuaca. Kemudian, penyuluh dari Dinas Pertanian akan memberikan pengajaran mengenai pola tanam yang baik dan benar agar produksi bisa meningkat. Bank Indonesia dalam hal ini menyediakan pendanaan, baik untuk peningkatan kapasitas petani maupun sarana seperti traktor tangan dan sebagainya.
“Dalam program ini, Bank Indonesia melalui Program Sosial (PSBI) mendukung pendanaan dan bantuan peralatan satu unit traktor tangan (hand tractor), kemudian yang lebih berperan adalah tim dari BMKG dan penyuluh pertanian dari Dinas Pertanian,” katanya.
Menurut Dadang, PSBI untuk sekolah lapangan iklim (SLI) tersebut merupakan program rutin yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kapasitas petani melalui edukasi yang terpogram sehingga pada akhirnya produksi pertanian meningkat, masyarakat sejahtera dan tujuan penguatan ketahanan pangan bisa tercapai.
“Program SLI ini berjalan setiap tahun, untuk tahun ini ada enam daerah yang diprioritaskan yaitu Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Agam, Kabupaten Solok, Tanahdatar, Kota Payakumbuh dan Kabupaten Solok Selatan,” ujarnya.
Untuk pelaksanaan sekolah lapangan, kelompok tani minimal harus memiliki sekitar satu hektare lahan. Kalau untuk Keltan Rawang Lokan menurut Adang memiliki sekitar lima hektare lahan dengan klaster padi sawah. Program pembinaan untuk satu keltan tersebut menurut Adang seperti demo pilot (demplot).
“Jadi semacam demplot, ketika keltan binaan berhasil, bisa menjadi contoh bagi kelompok tani lainnya. Atau jika berminat nanti juga bisa dilakukan pembinaan pada program berikutnya, setiap program SLI berjalan empat bulan,” kata Adang.
Dia berharap, semakin banyak program SLI yang dijalankan akan semakin banyak ilmu pengetahuan yang diterima oleh masyarakat petani di Sumatera Barat. Kelompok tani yang sudah mendapat binaan diharapkan menularkan pengetahuan mereka kepada petani lainnya.
Rodi, Koordinator Observasi dan Informasi Klimatologi BMKG Sumatera Barat menyebutkan, dalam program tersebut pihaknya menurunkan tim secara penuh untuk mengedukasi masyarakat terkait cuaca dan perubahan iklim. Tim akan mengedukasi terkait berbagai jenis iklim dan cuaca, peralatan yang digunakan, informasi cuaca dan sebagainya.
“Seperti tadi disampaikan, seluruh pendanaan kegiatan dari Bank Indonesia, tim edukasi dan sosialisasi dari BMKG dan penyuluh, kami akan mengedukasi petani dengan berbagai hal terkait iklim dan cuaca, sehingga petani bisa menentukan waktu yang tepat untuk memulai musim tanam,” sebut Rodi.
Dia memaparkan, Indonesia hanya mengenal dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Sumatera Barat, ujarnya, pada musim kemarau tidak betul-betul kekeringaan seperti di daerah lain. Fenomena Elnino yang memengaruhi curah hujan sehingga intensitas curah hujan menjadi berkurang, ini akan disampaikan informasinya kepada masyarakat petani.
“Informasi cuaca yang disampaikan BMKG dapat dipedomani oleh petani, ini akan diajarkan dalam program ini sehingga nantinya petani bisa memahami informasi tersebut untuk memilih waktu yang tepat memulai musim tanam,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Bupati Padang Pariaman Suhatri Bur menyampaikan terima kasih kepada Bank Indonesia atas program SLI tersebut. Dia berharap kelompok tani penerima manfaat untuk dapat memanfaatkan kesempatan itu dengan baik sehingga memberikan dampak positif kepada peningkatan ekonomi. Dia juga mendorong petani lainnya untuk dapat meraih program yang sama agar bisa meningkatkan luas lahan tergarap dan hasil produksi pertanian juga meningkat.
Suhatri menyebutkan, saat ini luas lahan pertanian padi sawah di Kabupaten Padang Pariaman sekitar 28 ribu hektare. Namun, yang tergarap secara rutin baru sekitar 18 ribu hektare dengan rata-rata produksi sekitar 135 ribu ton pertahun.
“Artinya dengan satu atau beberapa kali tanam pertahun baru mewnghasilkan produksi rata-rata 4 ton perhektare, sementara di daerah lain ada yang bisa mencapai 10 ton pertahun bahkan lebih. Ini harus digenjot, lahan tergarap harus ditingkatkan dan pola tanam harus diperbaiki, menyesuaikan dengan kondisi iklim,” ulas Suhatri.
Dia menegaskan, program SLI Bank Indonesia bekerja sama dengan BMKG dirasakan sangat tepat untuk meningkatkan pengetahuan petani sehingga meningkatkan hasil produksi pertanian. Dengan keberhasilan satu kelompok tani akan memantik kelompok tani lainnya ikut mempelajari dan menggarap lahan yang selama ini tidak optimal. F
Komentar