PADANG – Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas (Unand) Padang menggelar diskusi publik tentang “Aktualisasi Ideologi Pancasila” dengan menghadirkan narasumber seperti Ketua MUI Sumbar, aktivis pemuda, pengamat dan tokoh adat Minangkabau, Selasa (29/9).
Dalam kesempatan itu Ketua MUI Sumatera Barat, Prof. Dr. H. Syamsul Bahri Khatib mengatakan saat ini bangsa dihadapkan pada munculnya dua kelompok yakni. Kelompok yang mengedepankan mendasarkan pikiran pada nash Alquran dan kelompok hadis secara literal. Akibatnya, kelompok ini menjadi intoleransi, kaku, mudah menyatakan permusuhan, dan mudah menyatakan kekerasan terhadap sesama muslim yang tidak sepaham.
Dikatakan bagi umat Islam Indonesia, NKRI dan bhinneka tunggal ika merupakan bentuk kesepakatan umat Indonesia untuk mendirikan bangsa Indonesia, mewujudkan cita-cita sebagai bangsa yang adil. Para ulama dan tokoh Islam bersatu untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Tidak membiarkan kelompok yang mengatasnamakan agama untuk memecah belah NKRI.
Sementara itu, Bendahara KNPI Sumbar Edi Kurniawan, S.Hum mengatakan ideologi Pancasila harus dipertahankan. Tidak ada gerakan pemuda yang memunculkan paham yang bertentangan dengan ideologi.
“Seperti diketahui komunisme sudah dua kali mengkhianati negara kita, oleh karena itu kita harus mewaspadainya,” katanya.
Lanjutnya, pemberitaan media massa tidak terlepas dari radikalisasi terhadap agama Islam, seperti ISIS, atau ada gerakan syiah. Sedangkan ancaman komunisme dimulai dari PKI dan Syiah. Karena itu salah satu fungsi KNPI adalah merumuskan langkah-langkah ke depan untuk mewujudkan kesatuan dan persatuan pemuda, memelihara tegaknya NKRI, memberdayakan potensi pemuda segala aspek, dan berperan aktif.
“Seharusnya pada diskusi ini kita mengundang unsur pemerintah agar pemeirntah mendengarkan pandangan. Pemerintah harus mendengar dan pro-aktif mengatasi ancaman tersebut,” pintanya.
Pengamat Sosial Universitas Andalas, Drs. Edi Indrizal, M.Si mengatakan perbedaan antara radikal kanan dan radikal kiri yaitu adanya perbedaan tingkat kepercayaan kepada Tuhan. Radikal kanan berlebihan mempercayai Tuhan, sedangkan radikal kiri kepercayaan terhadap Tuhan kurang.
Ketua panitia pelaksana, Hasunudin mengatakan pelaksanaan diskusi publik ini bekerjasama dengan Forum Sosial Peduli Kemasyarakatan dengan tujuan untuk mengantisipasi masuknya paham radikalisme dan komunisme di kalangan generasi pemuda, serta mengembalikan nilai-nilai ideologi pancasila di kalangan mahasiswa maupun generasi pemuda.
Dengan adanya diskusi ini diharapkan mahasiswa maupun generasi pemuda di Sumatera Barat dapat menjaga ideologi Pancasila dan tidak mudah terpengaruh dengan paham-paham yang baru. (baim)
Komentar