SAWAHLUNTO – Sebanyak 413 benda pusaka dipamerkan pada kegiatan Festival Kota Tua Sawahlunto yang digelar di Gedung Pusat Kebudayaan, Minggu (3/4). Benda pusaka yang terdiri dari pedang, sepeda ontel, keris, tempat tembakau, guci, piring, samurai serta kain dan songket yang dipamerkan pada pameran benda pusaka itu, sekaligus menutup rangkaian kegiatan yang dibesut Paguyuban Seni dan Budaya Ki Sapu Jagat.
Sebagian besar yang dipamerkan adalah milik Paguyuban Ki Sapu Jagat yang tetap dilestarikan serta dirawat dan disimpan di sekretariatnya di Tanjungsari Kelurahan Aurmulyo Kecamatan Lembah Segar, Sawahlunto.
Ketua Paguyuban Ki Sapu Jagat, Iwan Darmawan menyatakan, benda pusaka yang dipamerkan sebagai ungkapan bahwa masyarakat sangat peduli dengan pelestarian benda pusaka. Karena, koleksi itu juga datang dari 11 pemilik yang ada di kota itu. Misalnya, koleksi cermin yang usianya sudah 170 tahun, tempat tembakau milik pedagang “pasa usang” yang dahulu pasar tradisional Sawahlunto serta guci dan piring Tionghoa.
“Ini menggambarkan di kota ini memang ada kehidupan Bangsa Belanda, India dan Cina,” ungkapnya kepada padangmedia.com di sela-sela pameran ini, Minggu (3/4).
Sebenarnya, kata Iwan, masih banyak benda berupa kelengkapan rumah tangga, asesoris pakaian seperti tusuk konde, ikat pinggang serta mesin jahit yang sudah ada pada awal abad 18 yang belum sempat dipamerkan karena keterbatasan tempat. Pameran tersebut sengaja digelar berbarengan dengan festival band untuk menarik minat generasi muda melihat serta mengunjungi pameran benda pusaka.
“Kami berterima kasih kepada paguyuban sepeda ontel, para kolektor dan Silungkang Antigue Shop yang berpartisipasi pada pameran ini. Mudah – mudahan di festival kota tua tahun depan akan digelar khusus dan diharapkan koleksi milik warga kota ini juga berdatangan untuk dipajang,” harapnya.
Pada kesempatan itu, pemilik Silungkang Antigue Shop, Alfa Sutan Marajo menyambut baik kegiatan pameran benda pusaka ini. Pihaknya turut memamerkan seratusan kain batik, tenun ikat, songket Silungkang serta asesoris. Koleksi yang pamerkan di antaranya batik minang company, puluhan kain panjang, ikat pinggang dengan kepala terbuat dari 75 persen bahan emas, songket Silungkang motif “bola buluah” dan selendang.
“Sebenarnya masih banyak kolektor kain batik, tenun dan songket Silungkang lainnya. Namun, belum semua mendapat kesempatan untuk ikut. Terlebih kondisi tempat pameran yang harus digelar bersamaan dengan festival band,” jelas Sutan Marajo.
Ia mengaku antusias pengunjung sangat tinggi. Sutan Marajo pun sangat senang memamerkan kain dan songket tua Nagari Silungkang. “Kalau ingin mengetahui lebih dekat, silahkan datang ke galeri kami di Silungkang dan di Sungai Bahorok, Medan Sumatera Utara,” ajaknya. (tumpak)