PADANG – Penilaian Indeks Kota Islami (IKI) oleh Maarif Institute semakin mendapat komentar pedas dari Masyarakat Kota Padang. Walikota Padang periode 2008-2013 Fauzi Bahar menilai Maarif Institute mau cari sensasi dan hasil survei yang dipublikasikan itu “abal-abal”.
“Mereka hanya mencari sensasi. Hasil survei yang mereka keluarkan abal-abal,” kata Fauzi Bahar lewat seluler, Jumat (20/5).
Dia menegaskan, hasil survei yang dikeluarkan oleh Maarif Institute adalah hasil yang keliru. Dia mempertanyakan metode penilaian yang dilakukan untuk memberikan penilaian.
“Kalau bicara Islami, mengapa Denpasar yang penduduk Islamnya minoritas bisa diberikan penilaian Islami? Masa disebut Islami padahal agama penduduk disana mayoritas Hindu?” tambahnya.
Dia mmeminta Maarif Institute mau melakukan klarifikasi dan tidak mengeluarkan hasil survei yang menimbulkan keresahan. Kota Padang adalah kota yang menjunjung tinggi budaya Islam, sebagai bagian dari Sumatera Barat yang memiliki budaya Minangkabau Adat Basandi Syarak dan Syarak Basandi Kitabullah.
Dia mengharapkan kepada lembaga survei Maarif Institute jangan sembarang mengeluarkan hasil. Hal ini akan menimbulkan efek negatif terhadap kota-kota yang dianggap tidak Islami. Terutama Kota Padang yang dibangun dengan konsep pembangunan religius.
Seperti diberitakan, Maarif Institute mempublikasikan hasil survei mengenai Indeks Kota Islami (IKI) yang dilakukan terhadap 29 kota di Indonesia. Hasil survei tersebut menempatkan kota Padang pada urutan ke 28 dan Kota Padangpanjang pada urutan ke 26. Hebatnya, hasil survei menempatkan Kota Denpasar pada urutan ke 3 setelah Kota Bandung dan Jogjakarta. (baim).