JAKARTA- Guncangan gempa berkekuatan magnitudo 6,0 dirasakan warga Kabupaten Muko Muko Bengkulu dan Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Selasa pagi (3/8/2021) sekitar pukul 05.48 Wib.
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari melalui siaran pers yang diterima, pusat gempa berada di laut dengan koordinat 3.17 LS dan 100.18 BT. Tepatnya 123 km arah barat daya Muko Muko.
“Guncangan gempa juga dirasakan oleh masyarakat di Kepulauan Mentawai Provinsi Sumatera Barat,” sebutnya.
Selang 15 menit setelah guncangan pertama, terjadi guncangan susulan sekitar pukul 06.01 Wib. Kekuatan gempa susulan itu tercatat M 5,4 dengan pusat gempa masih berada di laut, 124 km barat daya Muko Muko dengan kedalaman 10 km.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Muko Muko melaporkan, meski guncangan kuat dirasakan namun tidak menimbulkan kepanikan di masyarakat.
“Laporan BPBD Muko Muko, saat ini situasi telah kembali normal dan belum ada laporan kerusakan serta korban jiwa. Meski demikian monitoring kondisi pasca gempa masih terus dilakukan,” terangnya.
Berbeda dengan situasi di Muko Muko, masyarakat Kepulauan Mentawai khususnya di pesisir timur Pagai Selatan sempat panik dan keluar rumah saat gempa terjadi. BPBD Kabupaten Mentawai memantau dampak gempa di 10 kecamatan, namun hanya 5 kecamatan yang dilaporkan merasakan guncangan gempa dengan skala bervariasi.
“Lima kecamatan tersebut adalah Sipora Utara dan Sipora Selatan merasakan guncangan pada skala I MMI. Kemudian Kecamatan Pagai Utara, Sikakap dan Pagai Selatan yang merasakan guncangan skala II-III MMI. Namun pada gempa kedua, masyarakat Kecamatan Pagai Selatan merasakan guncangan dengan skala lebih besar yakni III-IV MMI,” paparnya.
Modified Mercalli Intensity atau MMI merupakan satuan untuk mengukur kekuatan gempa bumi. BMKG menggambarkan IV MMI guncangan dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan dinding berbunyi. Sedangkan III MMI menggambarkan getaran dirasakan nyata dalam rumah dan terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu.
Sementara skala II MMI mendeskripsikan getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.
Muhari menyebut, hingga siaran pers dirilis belum ada laporan korban jiwa di Kepulauan Mentawai. Sementara kerusakan bangunan hanya rusak ringan, karena rata-rata bangunan rumah warga terbuat dari kayu.
“Menurut laporan tim di lapangan, kondisi saat ini telah kondusif, warga telah kembali kerumah masing-masing,” katanya.
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah merilis informasi kedua gempa tersebut tidak berpotensi tsunami.
Dengan diguncanganya dua kali gempa pada hari ini, menambah panjang catatan gempa yang terjadi di wilayah Bengkulu. BNPB mencatat beberapa kali gempa di wilayah Bengkulu yang menyebabkan kerusakan rumah warga hingga korban luka-luka.
Salah satunya gempa Bengkulu 6 Desember 2017 menyebabkan kerusakan 247 rumah warga. Gempa M5,1 dan berkedalaman 10 km itu juga menyebabkan 1 warga luka-luka akibat tertimpa reruntuhan bangunan.
Belum lama ini warga Kabupaten Muko Muko juga merasakan guncangan kuat saat gempa bermagnitudo (M)5,0 terjadi. Fenomena gempa berlangsung pada Minggu malam (27/6), pukul 22.56 WIB. BPBD Kabupaten Mukomuko melaporkan gempa M5,0 ini membuat panik warga setempat hingga keluar rumah.
Sejarah juga mencatat gempabumi besar berkekuatan M 7,2 pernah mengguncang wilayah Kepulauan Mentawai pada 25 Oktober 2010, pukul 21:42 WIB. Gempa berlangsung sekitar 30 detik.
Gempa juga memicu tsunami dengan ketinggian gelombang bervariasi antara 1 hingga 15 meter yang menerjang kawasan Kepulauan Pagai-Mentawai. BNPB mencatat gempa dan tsunami Mentawai 2010 menelan lebih dari 400 korban jiwa dan 15 ribu warga harus mengungsi.
Dasyatnya tsunami menyebabkan pulau-pulau kecil yang berada di barat Pagai Selatan luluh lantak. Pulau Saumang Kecil, misalnya, terpenggal akibat terjangan tsunami tersebut. Adapun vegetasi pantai, seperti kelapa berikut pasirnya, hanyut dibawa tsunami.
Dengan sejarah kejadian kelam gempabumi dan tsunami ini berdampak secara psikologis warga sekitar yang membuat kepanikan saat gempabumi kembali terjadi di wilayahnya.
Namun demikian, menyikapi kejadian gempa yang kerap terjadi BNPB mengimbau masyarakat Bengkulu, Kepulauan Mentawai dan sekitarnya untuk tidak panik ketika bencana terjadi. Selalu siap siaga dan waspada adalah hal yang paling penting. Korban jiwa tidak diakibatkan oleh peristiwa gempa namun reruntuhan bangunan.
Di sisi lain, kerusakan rumah warga dapat dipicu oleh faktor struktur rumah tanpa memperhatikan kaidah bangunan tahan gempa. Berbagai upaya kesiapsiagaan akan membantu menekan jatuhnya korban jiwa maupun kerugian materil. Sementara itu, mengetahui jalur evakuasi dan titik kumpul sangat penting bagi warga yang rentan bahaya tsunami.
Masyarakat dapat memanfaatkan aplikasi inaRISK untuk melihat potensi ancaman bahaya di sekitarnya. Kabupaten Muko Muko terindentifikasi memiliki 15 kecamatan dengan potensi gempabumi pada kategori sedang hingga tinggi. Sebanyak lebih dari 170 ribu warga berada pada potensi ancaman bahaya di sejumlah kecamatan tersebut.
Sementara Kepulauan Mentawai terindentifikasi memiliki 1 kecamatan pada kategori sedang hingga tinggi dengan lebih dari 85 ribu warga terpapar potensi ancaman bahaya gempabumi. Kemudian dari sisi kajian risiko bencana tsunami, Mentawai memiliki sebanyak 6 kecamatan pada risiko sedang hingga tinggi dengan lebih dari 28 ribu warga terpapar. (*/Febry)
Komentar