LIMAPULUH KOTA- Maraknya aksi penambangan liar (illegal minning) ditenggarai menjadi pemicu bencana banjir dan longsor di Sumatera Barat. Pada awal pekan bulan Pebruari 2016, bencana banjir dan longsor terjadi secara hampir merata di hampir seluruh wilayah. Kondisi terparah ada di beberapa kabupaten antara lain Solok Selatan, Pasaman Barat dan Kabupaten Limapuluh Kota.
Indikasi illegal minning menjadi pemicu bencana banjir dan longsor itu dilontarkan anggota Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sumatera Barat Yulfitni Jasiran dalam lawatannya ke daerah bencana banjir di Kabupaten Limapuluh Kota, Selasa (9/2) bersama beberapa orang anggota Komisi V DPRD lainnya. Komisi V DPRD Sumatera Barat mengunjungi Nagari Koto Tangah Nagari Sungai Naniang Kecamatan Bukit Barisan.
Menurut Yulfitni, penambangan liar yang menjadi pemantik banjir dan longsor tersebut yaitu penambangan bahan galian C dan penambangan emas disamping juga adanya indikasi kerusakan hutan di hulu sungai. Ia menyatakan, DPRD akan segera memanggil instansi pemerintah daerah yang berkaitan dengan penambangan dan kehutanan untuk membahas persoalan tersebut. Diantara hal yang akan menjadi fokus pembahasan adalam masalah perizinan aktifitas penambangan, baik penambangan bahan galian C maupun penambangan emas.
” Persoalan ini akan dibahas dan Komisi V sudah merencanakan akan memanggil instansi terkait dengan masalah pertambangan dan kehutanan untuk membahas masalah ini, setidaknya dalam pekan depan,” kata Yulfitni.
Di Kecamatan Bukit Barisan, ada ratusan keluarga (KK) yang terkena dampak bencana banjir. Jalan-jalan banyak yang rusak, dinding rumah warga retak belum lagi kerusakan terhadap lahan pertanian. Pada saat kejadian, warga terpaksa diungsikan ke kantor-kantor pemerintah, sekolah dan fasilitas umum yang dirasakan cukup aman dari jangkauan banjir.
Komisi V DPRD Provinsi Sumatera Barat dalam kunjungan mendadak tersebut juga membawa sedikit bantuan untuk meringankan beban warga korban banjir. Yulfitni menghimbau agar warga yang berada di lokasi rawan bencana untuk meningkatkan kewaspadaan, baik yang di Limapuluh Kota maupun di daerah lainnya seperti di Solok Selatan, Pasaman, Solok dan sebagainya.
Data sementara dampak bencana di Kecamatan Bukit Barisan Kabupaten Limapuluh Kota berdasarkan keterangan Camat Rahmat Hidayat, jumlah warga terdampak sebanyak 168 KK. Diantaranya di Sungai Naniang 89 KK, Koto Tangah 39 KK dan di Nagari Baruah Gunuang 30 KK. Sebagian warga yang rumah mengalami kerusakan cukup parah sementara ini terpaksa diungsikan ke Puskesman, sekolah dan kantor- kantor pemerintah serta rumah kerabatnya. (feb)