Dipicu Kenaikan Harga Minyak Goreng, Sumbar Alami Inflasi di Bulan April 2022

PADANG- Indeks Harga Konsumen (IHK) di Sumatera Barat, yang merupakan gabungan dari dua kota (Padang dan Bukittinggi) mengalami inflasi pada bulan April 2022. Inflasi bersumber dari kelompok makanan, minuman dan tembakau di mana kenaikan harga minyak goreng menjadi salah satu pemicunya.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wahyu Purnama A melalui siaran pers yang diterima Selasa (10/5/2022) menyebutkan, berdasarkan berita resmi statistik yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), IHK Sumatera Barat pada April 2022 tercatat sebesar 0,66 persen month to month (mtm). Menurutnya, inflasi tersebut sedikit menurun dibandingkan Maret 2022 yang sebesar 0,77 persen (mtm).

“IHK Sumatera Barat pada April sebesar 0,66 persen (mtm), menurun dibanding bulan Maret yang sebesar 0,77 persen,” kata Wahyu mengutip siaran pers tersebut.

Wahyu menerangkan, secara spasial, Kota Padang di bulan April 2022 mengalami inflasi sebesar 0,60 persen (mtm), menurun dibandingkan realisasi Maret 2022 yang sebesar 0,72 persen (mtm). Sedangkan Kota Bukittinggi mengalami inflasi 1,10 persen (mtm), turun dari bulan sebelumnya 1,18 persen (mtm).

“Kota Padang menduduki urutan ke-18 dari 24 kota yang mengalami inflasi di Sumatera dan ke-83 dari 90 kota di Indonesia, sedangkan Bukittinggi di urutan ke-11 tertinggi di Sumatera dan ke-41 secara nasional,” bebernya.

Dia melanjutkan, secara tahunan, inflasi Sumatera Barat pada April 2022 mencapai 3,93 persen year on year (yoy). Mengalami peningkatan dibandingkan Maret 2022 sebesar 3,24 persen (yoy). Sementara secara tahun berjalan (year to date/ ytd) dari Januari sampai April 2022, inflasi Sumatera Barat mencapai 2,55 persen (ytd), juga meningkat dibandingkan realisasi Maret 2022 yang sebesar 1,87 persen (ytd).

“Inflasi Sumatera Barat pada April 2022 bersumber dari inflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan nilai inflasi 1,10 persen (mtm) dan andil inflasi 0,34 persen (mtm), disumbang oleh kenaikan harga pada komoditas minyak goreng dengan nilai andil inflasi 0,27 persen, jengkol 0,05 persen, bawang merah 0,04 persen, daging ayam ras 0,04 persen dan telur ayam ras dengan nilai andil inflasi 0,04 persen (mtm),” ujarnya.

Inflasi pada komoditas minyak goreng menurut Wahyu didorong oleh masih tingginya harga Crude Palm Oil (CPO) global serta adanya kenaikan permintaan pada periode menjelang Idul Fitri 1443H. Inflasi komoditas pangan lainnya yaitu jengkol, bawang merah, daging ayam ras, dan telur ayam ras juga didorong oleh adanya kenaikan permintaan pada periode Idul Fitri 1443H.

“Selain akibat kenaikan permintaan, pada komoditas bawang merah, inflasi juga disebabkan oleh adanya keterbatasan pasokan akibat mulai masuknya periode tanam di beberapa wilayah sentra produksi di Sumatera Barat maupun di wilayah Pulau Jawa,” sebutnya.

“Inflasi lebih lanjut di Sumatera Barat tertahan oleh deflasi pada komoditas cabai rawit, angkutan udara, ikan cakalang/ ikan sisik, tomat, dan beras,” tukuknya.

Sementara itu, kata Wahyu, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumatera Barat secara aktif melakukan berbagai langkah pengendalian dalam rangka menjaga inflasi yang rendah dan terkendali di tengah momentum pemulihan ekonomi. (*/Febry)

print

BERITA TERKAIT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *