BALI – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effenddi diwakili Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen) Hamid Muhammad hari ini (Sabtu, 3/12) resmi membuka Penyelenggaraan International Junior Science Olympiad (IJSO) ke 13 di Nusa Dua, Bali. IJSO diiikuti oleh 48 negera dan merupakan kompetisi tahunan ajang ilmu pengetahuan alam (Sains).
IJSO merupakan kegiatan yang diinisiasi oleh Pemerintah Indonesia sejak tahun 2004. Tahun ini IJSO mengangakat tema “Science for Creative Innovation”.
Dalam siaran pers Kemdikbud, Dirjen Dikdasmen Hamid Muhammad membacakan sambutan Mendikbud Muhadjir Effendi mengungkapkan, suatu kehormatan bagi Indonesia menjadi bagian dari komunitas acara IJSO.
“Kami merasa terhormat bahwa para peserta berkenan mengunjungi Indonesia tidak hanya untuk bersaing dalam kompetisi, tetapi juga untuk bermusyawarah dan menemukan strategi dalam mengembangkan pendidikan melalui kreativitas daan keanekaragaman global dalam ilmu sains,” katanya.
Olimpiade yang diseleggarakan mulai dari tanggal 2 sampai 11 Desember 2016 itu akan mempertandingkan mata pelajaran Fisika, Biologi dan Kimia untuk siswa yang berusia 15 tahun ke bawah atau jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tes IJSO terdiri dari 3 jenis yakni pilihan ganda (Multiple Choice Question/ MCQ), teori, dan tes praktek (Experimental Test).
Dalam penyelenggaraannya, IJSO diikuti oleh 276 siswa, 123 pendamping, 8 visitors, 25 observers, dan 5 executive members, dengan total peserta yang akan ikut sebanyak 437 orang. Peserta dari Indonesia sendiri diikuti oleh 12 siswa dan 6 pendamping.
Peserta dari Indonesia tersebut yakni Albert Sutiono, Aditya David Wirawan, Wiston Cahya, Nixon Widjaja. Selanjutnya Raymond Valentino, Arkananta Rasendriya, Tomotius Jason, Tanya Nuhaisi Wulandari, Epafroditus Kristiadi Susetyo, Gede Aryana Saputra, Haniif Ahmad Jauhari, dan Joan Nadia. Sedangkan pendamping peserta Indonesia terdiri dari Dr. Budhy Kurniawan, Dr. Agustino Zulys, Dr Ahmad Ridwan, Prof. Dr. Triyanta, Dr. Yasman, dan Untuk Triadhi, M.Si.
Hamid mengatakan, para peserta olimpiade akan mendapatkan kesempatan mengunjungi berbagai sekolah di Bali. “Kami senang bisa dapat berbagi dengan para peserta internasional beberapa prestasi yang kami miliki, dan beberapa permasalahan pendidikan yang masih harus kami perbaiki dan ditingkatkan kembali,” tuturnya.
Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, Ditjen Dikdasmen, Supriano, dalam laporannya mengatakan bahwa Indonesia telah melakukan persiapan pelaksanaan IJSO ke 13 ini selama 8 bulan.
“Pasca pengunduran diri negara Kamboja sebagai tuan rumah IJSO tahun 2016, Indonesia melalui Kemendikbud menyatakan siap menjadi tuan rumah IJSO ke 13,” jelas Supriano.
Ia mengatakan, penyelenggaraan IJSO dipandang sangat penting dilaksanakan untuk mempromosikan minat atau gemar terhadap sains kepada peserta didik khususnya siswa Sekolah Menengah Pertama. Selain itu juga memiliki potensi untuk mempromosikan perdamaian dan kesepahaman global.
“Hal tersebut ditunjukan bahwa dalam pelaksanaan IJSO tidak boleh ada negara yang delegasinya dikeluarkan dari keikutsertaannya karena alasan latar belakang politik, ketiadaan hubungan diplomatik, kurangnya penghargaan dari negara penyelenggara IJSO, pemberlakuan embargo, atau alasan lainnya,” jelasnya.
Pada kesempatan ini juga Presiden IJSO Paresh K Joshi menyatakan bahwa Pemerintah Indonesia telah berjasa atas niat baik dan pertolongan untuk mengambil alih dan menyelamatkan nasib penyelenggaraan IJSO ke 13. Setelah penyelenggaraan IJSO ke 12 di Korea Selatan, Kamboja ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggaraan IJSO ke 13.
Namun setelah itu Kamboja menyatakan mengundurkan diri sebagai tuan rumah penyelenggaraan tahun 2016. Karena banyak ketidakpastian, maka Presiden IJSO menyampaikan kepada Pemerintah Indonesia melalui Kemendikbud untuk kesediannya menyadi tuan rumah.
“Permohonan tersebut pun disambut baik oleh Pemerintah Indonesia,” ungkapnya. (feb/*)