PADANG – Di salah satu wilayah di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, ternyata ada satu jorong yang memiliki sistem pengairan air sawah mirip Subak di Bali. Yakni di Jorong Situgar, Nagari Tanjuang Bonai, Kecamatan Lintau Buo Utara.
Masyarakat setempat menyebutnya sebagai Paraku. Paraku adalah nama alat bagi air secara proporsional yang merupakan istilah lokal. Terbuat dari kayu yang sudah direndam bertahun-tahun dan dibuat takuak untuk jalannya air sesuai dengan pembagian luas sawah dan kebutuhan air sawah yang dialirinya. Namun, sebagian paraku ada juga yang dibuat dari beton.
Paraku menjadi alat membagi air yang adil. Dengan demikian, selain bisa menjadi salah satu alat bagi air yang efisisien, paraku bisa mencegah konflik antar petani saat air sedang sulit.
“Ada semacam janji sakti yang tak boleh dilanggar masyarakat setempat. Untuk belajar sistem pengairan sawah, kenapa tak pergi melihat Paraku di Situgar saja, daripada jauh-jauh ke Bali,” ujar ahli hidrologi dari Universitas Andalas, Ir Eri Gas Ekaputra MS saat seminar ‘Sumber Air Masa Depan Lintau’, Senin (24/4) di Padang.
Paraku merupakan kearifan lokal yang harus dipertahankan. Bahkan, menurutnya, tempat itu bisa menjadi monumen air dan dapat dijadikan objek wisata oleh pemerintah daerah.
Menurut Eri, penting menimbulkan budaya hemat air serta menggunakan kearifan lokal untuk menjaga ketersediaan air. Ada pula budaya-budaya atau kearifan lokal lain, seperti ‘Mintak air sebatu’,’Maompang indak buliah sampai ka saborang’, ‘Mandindiang indak buliah sampai ka ateh langik’. Kearifan-kearifan lokal semacam itu harus dipertahankan, ujarnya. (rin)
Komentar