PADANG – Bulan puasa Ramadhan memberikan tekanan inflasi yang cukup tinggi di Sumatera Barat. Tekanan inflasi disumbangkan terutama dari kelompok harga pangan bergejolak (volatile foods). Kondisi ini masih harus diwaspadai hingga lebaran dan permulaan tahun ajaran baru.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Sumatera Barat, Puji Atmoko, Senin (6/7) melalui siaran pers kepada media merilis inflasi pada Juni 2015 sebesar 0,79 persen (month to month/ mtm) dengan inflasi tahun berjalan (Januari sampai Juni) sebesar -1,89 persen (year to date/ ytd) dan inflasi tahunan (year of year/ yoy) sebesar 8,17 persen. Dengan data tersebut, inflasi Sumbar tercatat tercatat lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional sebesar 0,54 persen (mtm).
Berdasarkan kota sampel inflasinya, Kota Padang menunjukkan laju inflasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan Kota Bukittinggi. Dalam periode ini, inflasi Kota Padang sebesar 0,83 persen (mtm) sementara inflasi Kota Bukittinggi sebesar 0,45 persen (mtm).
“Meningkatnya tekanan inflasi Sumatera Barat pada Juni 2015 bersumber pada kelompok komoditas volatile food yang mengalami laju inflasi sebesar 2,73 persen (mtm), sedikit meningkat dibandingkan bulan lalu yang sebesar 2,37 persen(mtm). Komoditas utama penyumbang inflasi kelompok ini antara lain cabai merah, telur ayam ras dan beras,” kata Puji.
Di sisi ekspektasi, para pedagang cenderung menaikkan harga berbagai kebutuhan pokok di bulan Ramadhan lebih tinggi dari kenaikan harga dalam keadaan normal (backward looking). Di sisi penawaran (supply), komoditas cabai terkendala dengan berkurangnya pasokan cabai Jawa akibat tingginya permintaan dari daerah Timur Indonesia kepada sentra pemasok cabai di Jawa.
Sementara itu, inflasi kelompok barang dan/atau jasa yang diatur pemerintah (administered price) dan inflasi inti (core inflation) cenderung stabil dibandingkan bulan sebelumnya. Tidak adanya perubahan kebijakan pemerintah terkait komoditas energi strategis pada bulan Juni 2015 menyebabkan laju inflasi kelompok administered price terjaga pada tingkat 0,33 persen (mtm). Di sisi lain, terbatasnya permintaan domestik akibat dari daya beli masyarakat yang belum membaikberimbas pada stabilnya kelompok core inflation pada kisaran 0,06 persen (mtm).
“Tekanan inflasi Sumbar diprakirakan mengalami peningkatan pada Juli 2015 akibat adanya peningkatan permintaan terkait perayaan Idul Fitri 1436 H dan tahun ajaran baru. Sesuai siklusnya, gejolak harga pangan menjelang Idul Fitri perlu diwaspadai terutama untuk komoditas cabai merah dan bawang merah,” tandasnya. (feb)