Pebri D Chaniago
Wajah anak laki-laki yang masih duduk di Kelas IX sebuah Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) di Kota Padang, Sumatera Barat itu terlihat sumringah. Ditemani papanya, Redza yang baru satu bulan lalu genap berusia 13 tahun akan menjalani suntik vaksin dosis kedua di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Ulakkarang.
Meskipun wajahnya sedikit menggambarkan kecemasan, namun Redza lebih banyak tersenyum seolah seolah sedang mencoba menghilangkan kekhawatiran. Dengan berusaha tetap tenang, Redza duduk di kursi antrean Puskesmas sambil memegang tangan papanya yang sesekali mengusap kepala memberikan rasa damai di hati Redza.
Antrean calon penerima vaksin di Puskesmas tersebut cukup panjang, Redza ditemani papanya yang sudah berusaha datang lebih awal hanya mendapatkan nomor antrean ke-86. Sementara masih ada belasan atau mungkin puluhan orang lagi yang mengantre sesudah Redza.
“Hampir setiap hari Puskesmas kami membuka layanan vaksinasi, dan antusias warga cukup tinggi, rata-rata mencapai 150 orang yang mengantre untuk disuntik vaksin,” ucap salah seorang petugas vaksinator di Puskesmas tersebut.
Melihat buku antrean, memang sudah ada 115 orang yang mendaftarkan diri untuk divaksin, ketika waktu baru menunjukkan sekitar pukul 09.40 Wib. Sementara masih ada warga yang berdatangan untuk mendaftarkan diri. Calon penerima vaksin berasal dari berbagai kalangan, beragam usia dan profesi, sebagian di antaranya anak-anak dan remaja usia belasan tahun. Sebagian mengaku baru mendaftarkan diri mengikuti vaksin dosis pertama dan sebagian lainnya untuk vaksin dosis kedua.
Redza, merupakan calon penerima vaksin kedua jenis Sinovac. Ef, orang tua Redza menuturkan, anaknya mendapatkan vaksin pertama ketika ada gelar vaksin yang digagas oleh keluarga besar alumni sebuah sekolah negeri.
“Pihak sekolah anak saya memang sudah menjadwalkan vaksinasi, namun ketika itu saya belum tahu waktunya. Ketika ada salah seorang teman memberikan informasi bahwa keluarga besar alumni sekolahnya mengadakan vaksinasi massal untuk pelajar dan masyarakat umum di sebuah sekolah, saya menanyakan kesediaan anak untuk divaksin dan tanpa berpikir dua kali anak saya ini setuju,” katanya.
Atas izin dan pendampingan orang tuanya, Redza pun menceritakan apa yang mendorongnya untuk ingin segera divaksinasi, sehingga setuju ketika papanya menawarkan ikut vaksinasi yang dilaksanakan di SMAN 1 Padang tersebut.
“Redza rindu ke sekolah, rindu suara guru, rindu teman-teman,” ungkapnya sedikit menunduk. Ada binar bahagia di wajah bocah itu seolah sedang membayangkan betapa menyenangkannya ketika berada di sekolah.
Setelah beberapa saat, Redza mulai berani bercerita panjang. Wajahnya tidak lagi tertunduk, meskipun cara berbicaranya masih tetap malu-malu khas anak kecil menghadapi orang dewasa. Keberadaan papanya yang terus tersenyum di sampingnya seperti menjadi Redza bisa sedikit tenang bercerita.
“Redza masih ingat, kami dipulangkan ketika sehari menjelang selesai ujian kenaikan kelas tahun 2019 lalu. Kata kepala sekolah dan guru-guru, kami selanjutnya akan menyelesaikan ujian dari rumah sampai pengumuman selanjutnya,” ceritanya.
Apa yang disebutkan Redza, sesuai dengan instruksi Wali Kota Padang yang waktu itu mulai memberlakukan belajar dari rumah, untuk mengantisipasi Covid-19 yang mulai menyebar di seluruh Indonesia termasuk Kota Padang, Sumatera Barat.
“Setelah itu, di awal kenaikan kelas kami sempat masuk belajar tatap muka namun hanya dibolehkan setengah yang masuk. Setengahnya lagi belajar dari rumah. Jadinya Redza tidak sempat bertemu dengan teman-teman yang sebelumnya satu kelas. Di kelas yang baru, juga tidak bisa bertemu dengan seluruh teman-teman karena dibagi-bagi,” ujarnya.
Sampai akhirnya, lanjut Redza, diumumkan oleh kepala sekolah bahwa semua siswa harus belajar dari rumah. “Kata kepala sekolah, seluruh pelajaran akan dilakukan secara online. Setelah pengumuman, kami diminta untuk menunggu orang tua atau orang yang menjemput, tidak boleh ada yang pulang sendiri,” kenangnya.
Sejak itu, Redza otomatis belajar dari rumah, mengikui pelajaran dengan sistem dalam jaringan melalui perangkat telepon pintar yang disediakan orang tuanya. Papanya yang seorang karyawan swasta juga sudah bekerja dari rumah karena memang pada waktu itu pemerintah memberlakukan pembatasan
Hal itu diakui orang tua Redza. Menurut Ef, seiring pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), seluruh pegawai pemerintah dan karyawan perkantoran bekerja dari rumah. Ada yang masuk kerja, terbatas untuk karyawan yang bekerja di sektor tertentu
seperti petugas kesehatan, perbankan termasuk wartawan yang bekerja di luar rumah. Untuk kantor pemerintah, hanya setingkat pejabat dan pegawai tertentu yang masih diharuskan masuk kerja.
“Sejak itu, saya bekerja dari rumah sambil ikut memantau aktivitas belajar anak. Perguruan tinggi juga demikian, kakak Redza yang sudah di tahun kedua pada sebuah perguruan tinggi juga belajar dari rumah,” ungkapnya.
Pada awal belajar dari rumah, menurut Papa Redza, anak-anaknya masih terlihat bersemangat. Itu karena Redza masih mendengarkan suara guru yang mengajarnya melalui platform pembelajaran dalam jaringan (daring) yang disajikan secara langsung. Kemudian, juga ada gurunya yang tampil di televisi dan di siaran radio yang bisa dilihat atau didengarnya.
“Namun, sejak akhir tahun 2020 hingga naik ke kelas IX atau kelas tiga, pembelajaran hanya dilakukan melalui platform Geschool. Anak-anak hanya belajar dan mengerjakan tugas tanpa pernah mendengarkan suara gurunya. Saya memperhatikan cara belajar Redza yang sedikit malas-malasan dan membuat saya khawatir,” ungkapnya.
Sampai terjadi lonjakan kasus Covid-19 yang sangat signifikan pada pertengahan tahun 2021 lalu, Papa Redza mengaku semakin khawatir anaknya tidak akan bisa belajar seperti biasanya. Padahal, anaknya sudah sampai di kelas terakhir SMP dan akan masuk ke SLTA. Namun, dalam beberapa bulan terakhir kasus positif Covid-19 terlihat melandai dan akhirnya menurun secara signifikan.
“Seiring itu, pemerintah mulai menggencarkan vaksinasi serta sudah menyasar anak-anak usia 12 tahun ke atas. Gebyar Vaksinasi Pelajar ini menimbulkan harapan besar, karena Redza sudah 13 tahun yang tentunya sudah bisa mendapatkan vaksinasi,” ucapnya.
Penantiannya untuk bisa memvaksin anaknya tersebut berakhir ketika ada temannya yang menghubungi bahwa keluarga besar alumni sekolah temannya yaitu SMAN 1 Landbouw Bukittinggi akan menggelar vaksinasi di SMAN 1 Padang. Gerakan itu ditujukan kepada seluruh pelajar SMP dan SMA yang bisa hadir, tidak saja dari sekolah tempat kegiatan diadakan, bahkan juga masyarakat umum bisa mengikutinya.
Dia langsung menawarkan kepada Redza untuk ikut divaksin pada kegiatan tersebut. Redza yang memang sudah rindu ingin kembali ke sekolah, belajar, bertemu guru dan teman-teman tanpa pikir panjang menerima tawaran tersebut. Papa Redza sempat memberitahukan wail kelas anaknya, bahwa Redza akan divaksin lebih dulu. “Lebih cepat lebih baik agar pembentukan antibodi juga lebih cepat,” begitu alasannya sehingga wali kelas pun mengiyakan, walaupun sempat memberi tahu bahwa gebyar vaksinasi di sekolahnya akan disaksikan secara konferensi jarak jauh oleh Presiden RI Joko Widodo.
Alhamdulillah, Redza akhirnya selesai menjalani vaksinasi di Puskesmas Ulakkarang. Papa Redza mengaku anaknya tidak mengalami Kejadian Ikutan Pascaimunisasi (KIPI), selain mengantuk. Setelah selesai masa observasi pascavaksin, sekitar satu jam, Redza dan papanya pun harus segera pulang karena Redza sudah merasakan kantuk. Namun dia terlihat bahagia, mungkin karena sudah membayangkan akan segera memakai pakaian putih biru, bertemu dengan teman sebayanya, mendengar suara guru dan belajar tekun mempersiapkan diri menuju jenjang pendidikan SMA.
Seperti diketahui, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat mulai melakukan akselerasi percepatan pemberian vaksinasi kepada masyarakat sesuai arahan Presiden RI Joko Widodo. Pemberian vaksinasi yang sebelumnya sudah dilakukan, semakin digencarkan bersama pemerintah kabupaten dan kota.
Wakil Gubernur Sumatera Barat Audy Joinaldy mengingatkan seluruh kabupaten dan kota untuk memacu pemberian vaksinasi agar terbentuk kekebalan kelompok dalam menghadapi pandemi Covid-19. Dia meminta kabupaten dan kota untuk mengoptimalkan pelayanan vaksinasi dan menjamin ketersediaan vaksin mencukupi. Sumatera Barat mentargetkan empat juta orang lebih yang akan diberi vaksinasi Covid-19 dari lebih 5,5 juta penduduk daerah itu.
Menurut Audy, vaksinasi adalah upaya pemerintah untuk melindungi masyarakat dari wabah pandemi Covid-19. Dengan mendapatkan vaksin, masyarakat memiliki ketahanan tubuh yang lebih kuat untuk menghadapi serangan wabah virus tersebut sehingga mengurangi risiko lebih buruk ketika terpapar.
Meski demikian, Audy menegaskan kepada masyarakat untuk tetap mematuhi protokol kesehatan sampai Covid-19 benar-benar hilang. Baik kepada masyarakat yang sudah divaksin maupun yang belum. Kepada masyarakat yang belum divaksinasi dengan berbagai sebab dan alasan di luar alasan medis, ia mengajak untuk segera divaksin.
“Masyarakat jangan khawatir, vaksinasi Covid-19 aman karena sudah melalui tahap pengujian oleh para pakar. Masyarakat jangan termakan hoax yang disebarkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dari sumber-sumber yang tidak jelas,” tegasnya.
Hingga saat ini, di Sumatera Barat, pemberian vaksinasi semakin gencar dilakukan. Melibatkan berbagai pihak baik dari instansi pemerintah seperti institusi TNI dan Polri, maupun berbagai organisasi sosial, keagamaan, politik dan komunitas-komunitas. Khusus untuk anak sekolah SLTP dan SLTA serta perguruan tinggi, hampir seluruh sekolah dan kampus mengadakan aksi vaksinasi massal. Vaksinasi di sekolah disediakan tidak hanya untuk guru dan siswa namun juga membuka pelayanan untuk orang tua murid dan warga sekitar.
Kita semua berharap, dengan gencarnya vaksinasi akan meminimalisir angka kematian akibat Covid-19. Namun, kedisiplinan menerapkan protokol kesehatan harus tetap diutamakan agar Covid-19 benar-benar hilang dari muka bumi. Aktivitas kehidupan akan kembali berjalan, ekonomi segera pulih dan anak-anak kembali ceria berangkat ke sekolah menimba ilmu untuk mengejar cita-cita sebagai generasi harapan bangsa. Semoga!
Penulis: Pebri D Chaniago (Pebrius Dwinus)
Reporter/ Redaktur Pelaksana Portal Berita Padang Media
Ditulis dan ditayangkan untuk program FJPP tahun 2021
Komentar