JATIM – Tinggi muka air Sungai Bengawan Solo di Jawa Timur sebagian sudah mulai menurun, khususnya di wilayah Bojonegoro. Namun di Tuban dan Lamongan masih meluap sehingga masih siaga merah.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, Sabtu (3/12) malam menyebutkan, pada Sabtu pukul 18.00 Wib, tinggi muka air Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro 13,62 meter. Sudah di bawah dari ambang batas level Siaga merah yaitu 15 meter.
“Artinya tinggi muka air Bengawan Solo berada pada siaga kuning. Turunnya permukaan air menyebabkan sebagian banjir di wilayah Bojonegoro mulai surut,” kata Sutopo.
Sementara, di Babat Tuban pada pukul 18.00 Wib, tinggi muka air terukur 8,68 meter. Jauh di atas batas minimum siaga merah yaitu 8 meter sehingga Sungai Bengawan Solo meluap. Begitu juga ke bagian hilir juga masih melebihi ambang batas minimum siaga merah seperti stasiun Laren terukur 6,18 meter (ambang batas 5,5 meter), dan di stasiun Karanggeneng terukur 4,75 meter (ambang batas 4,5 meter.
“Kondisi ini menyebabkan wilayah Tuban ke hilir masih terendam banjir,” lanjutnya.
Banjir makin meluas di wilayah Tuban karena naiknya debit Bengawan Solo. Hingga Sabtu (3/12/2016) banjir masih merendam 34 desa di lima kecamatan yaitu Kecamatan Widang, Parengan, Soko, Rengel dan Plumpang di Kabupaten Tuban Provinsi Jawa Timur. Sebanyak 5.672 rumah (18.425 jiwa) terendam banjir.
Banjir juga merendam jalan sepanjang 67.565 meter, 28 unit sekolah, 8 masjid, 20 mushola, 2.262 hektar sawah, 322 hektar tegalan dan 25 hektar tambak. Banjir juga menyebabkan satu orang tewas akibat berenang di tempat banjir kemudian hanyut.
“Korban bernama Bagus Aji (17) pelajar SMA di Kabupaten Tuban asal Dusun Sisir Desa Kedungsoko Kecamatan Plumpang yang ditemukan tewas tenggelam di Bengawan Solo pada Sabtu (3/12/2016) pukul 12.00 Wib,” ujarnya.
Daerah yang paling parah terendam banjir adalah di Kecamatan Rengel dimana 12 desa terendam banjir dengan 2.298 rumah terendam banjir dan 9.192 jiwa terdampak banjir. Diperkirakan kerugian banjir mencapai puluhan milyar rupiah.
Sementara itu banjir di Bojonegoro sudah mulai surut. Banjir menyebabkan 86 desa di 9 kecamatan terdampak. Satu orang meninggal dunia karena terpeleset saat bermain di lokasi banjir dan hanyut. Pengungsi mencapai 1.101 jiwa. Sebagian pengungsi sudah pulang ke rumah.
Sebanyak 7.145 rumah terendam banjir, dimana 9 unit rumah rusak berat. Banjir juga merendam 4.383 hektar sawah, 686 ekor ternak, 24 unit sekolah, 7 masjid, 24 mushola. Tinggi banjir 10-90 centimeter. Kerugian sementara diperkirakan Rp 35 milyar.
Upaya penanganan darurat terus dilakukan. Bupati Bojonegoro dan Bupati Tuban telah mengeluarkan status darurat. Tim Reaksi Cepat BNPB berada di lokasi banjir untuk memberikan pendampingan BPBD dalam penanganan darurat bencana. Posko, dapur umum, pos pengungsian dan bantuan telah diberikan kepada masyarakat terdampak. BPBD bersama TNI, Polri, Kementerian PU Pera, Tagana, Basarnas, PMI, relawan, SKPD dan masyarakat membantu penanganan darurat.
Masyarakat dihimbau untuk selalu waspada untuk mengantisipasi banjir susulan mengingat potensi hujan masih akan terus meningkat. BNPB dan BPBD terus melakukan koordinasi untuk penanganan darurat bersama unsur lainnya. Para orangtua hendaknya selalu mengawasi anak-anaknya agar tidak bermain di sekitar lokasi banjir agar tidak timbul korban jiwa. (feb/*)
Komentar