Arak-Arakan Kio akan Meriahkan Perayaan Cap Go Meh di Padang

cap go meh

PADANG – Setelah sepekan lebih perayaan tahun baru Imlek 2567/2016 berjalan, warga Tionghoa yang berada di Pecinan Pondok Kota Padang mulai melakukan persiapan perayaan lainnya, yakni Cap Go Meh. Perayaan ini pada zaman dulunya merupakan ritual untuk menolak bala dan saat ini juga sama. Selain itu, sebagai ajang berkumpulnya sanak saudara dan mempererat tali silaturahmi. Akan terlihat berbagai hiasan baik di kelenteng maupun di rumah-rumah masing-masing warga Tionghoa.

Salah seorang tokoh masyarakat Tionghoa Kota Padang yang juga anggota DPRD Padang, Iswanto Kwara mengatakan, Cap Go Meh adalah ritual membersihkan diri dari berbagai dosa dan kesalahan setahun yang lalu. Diharapkan dengan ritual ini, usaha di tahun Monyet api ini bisa berjalan lancar dan diberi kemudahan dalam segala urusan.

“Cap Go Meh melambangkan hari ke-15 dan hari terakhir dari masa perayaan Imlek yang sudah dilaksanakan turun temurun sejak 200 tahun yang lalu. Biasanya, perayaan Cap Go Meh selalu diisi dengan berbagai kegiatan, seperti pesta lampion, arak-arakkan Kio (patung dewa) dan sebagainya. Itu adalah ungkapan kegembiraan dan kebahagiaan dalam menyambut tahun yang baru,” ujarnya kepada padangmedia.com, Rabu (17/2).

Ritual yang dilakukan, katanya, sekaligus sebagai ucapan terima kasih atas segala rahmat sepanjang tahun dari Sang Maha Pencipta. Biasanya, saat sejak Imlek dan terakhir Cap Go Meh, seluruh keluarga akan kumpul. Yang berada jauh di perantauan akan menyempatkan diri untuk pulang kampung.

Pada perayaan Cap Go Meh di tahun monyet api kali ini diprediksi akan lebih meriah. Hal itu dikarenakan akan adanya arak-arakkan Kio dari Hok Tek Tong (HTT) ,marga Lee-Kwee dan marga Tjoa-Kwaa yang juga keluar pada waktu bersamaan untuk diarak pada 22 Februari nanti diseputuran Pondok Kecamatan Barat Kota Padang pada sore harinya.

“Kio adalah tenda raja/usungan tempat patung dewa- dewa kepercayaan Tionghoa, dimana pada arakan tersebut tenda tersebut diduduki oleh dewa pelindung HTT. Kio milik HTT tersebut diarak hanya oleh orang atau anggota HTT saja. Begitu juga pada marga Lee-kwee dan Tjoa-Kwaa, hanya perkumpuan mereka yang akan mengusung Kio masing-masing,” tambah Hoof Komisaris HTT, Albert Hendra Lukman.

Dikatakan, biasanya Kio milik perkumpulan marga-marga diarak keluar keliling seputaran Pondok dalam waktu berbeda, tidak bersamaan waktunya dengan Kio dari HTT. Namun, pada perayaan di tahun ini, Kio keluar serentak sehingga tentunya akan lebih meriah lagi. Arakan Kio ini lebih dekat dan sama halnya di daerah Pariaman dengan arakan tabuik.

Lanjutnya, perayaan Imlek tersebut bukan harus dirayakan dalam bentuk kegiatan-kegiatan. “Imlek dan Cap Go Meh identik dengan silaturahmi antara keluarga serta antara sesama orang Tionghoa. Baik yang masih berdomisili di Kota Padang maupun keluarga yang pulang dari rantau. Tapi, ini memang momen berkumpul sekali setahun. Makanya, banyak kegiatan atau acara dibuat agar bisa perantau saling bertemu satu lainnya di kegiatan tersebut,” ungkap Albert yang juga anggota DPRD Provinsi Sumatera Barat itu. (baim)

print

BERITA TERKAIT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *