
PADANG – Perkembangan indek harga konsumen (IHK) umum gabungan dua kota di wilayah Sumatera Barat pada April 2020 mencatatkan deflasi sebesar -0,41 persen (month to month/ mtm). Menurun bila dibandingkan realisasi Maret 2020 yang deflasi sebesar -0,01 persen (mtm).
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wahyu Purnama A, Rabu (6/5/2020) menerangkan, laju inflasi Sumatera Barat pada April 2020 tercatat berada di bawah realisasi inflasi nasional yag sebesar 0,08 persen (mtm).
“Laju inflasi ini berada di bawah realisasi inflasi nasional yang sebesar 0,08 persen (mtm) dan realisasi kawasan Sumatera yag mengalami deflasi sebesar -0,23 persen (mtm),” kata Wahyu.
Secara spasial, pada April 2020 Kota Padang tercatat mengalami deflasi sebesar -0,47 persen (mtm). Menurun dibandingkan realisasi bulan Maret 2020 sebesar -0,02 persen (mtm). Kota Bukittinggi mengalami inflasi 0,06 persen (mtm), rendah dari Maret yang mencatatkan inflasi sebesar 0,07 persen.
“Secara tahunan pergerakan harga pada April 2020 menunjukkan inflasi sebesar 1,45 persen (year on year/ yoy). Atau menurun dibandingkan realisasi inflasi Maret 2020 yang sebesar 2,09 persen (yoy),” lanjut Wahyu.
Nilai inflasi tahunan Sumatera Barat ini tercatat lebih rendah dari realisasi inflasi nasional sebesar 2,67 persen (yoy) dan realisasi Kawasan Sumatera sebesar 1,56 persen (yoy).
Secara tahun berjalan 2020 (s.d April 2020) Sumatera Barat tercatat mengalami deflasi sebesar -0,03 persen (year to date/ ytd). Menurun dibandingkan Maret 2020 yang mengalami inflasi sebesar 0,39 persen (ytd).
Deflasi Provinsi Sumatera Barat pada April 2020 terutama berasal dari deflasi kelompok makanan, minuman dan tembakau. Kelompok makanan, minuman dan tembakau mengalami deflasi dengan andil -0,30 persen (mtm) didorong oleh penurunan harga berbagai komoditas bahan makanan antara lain cabai merah, daging ayam ras dan ayam hidup.
Sementara itu, beberapa komoditas penyumbang inflasi di kelompok makanan, minuman dan tembakau antara lain bawang merah, udang basah, jengkol dan gula pasir. Peningkatan harga bawang merah didorong oleh penurunan produktivitas panen akibat tingginya curah hujan. Harga udang basah dan jengkol meningkat didorong oleh kenaikan permintaan di pasar. Sementara itu harga gula pasir masih meningkat karena terbatasnya pemenuhan pasokan gula pasir.
Kelompok lain yang turut menyumbang deflasi pada bulan April 2020 yaitu kelompok transportasi serta kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan. Masing – masing dengan andil deflasi sebesar -0,14 persen (mtm) dan -0,08 persen (mtm).
Sementara itu komoditas utama yang menyumbang deflasi pada kelompok tersebut yaitu tarif angkutan udara dengan andil deflasi sebesar -0,26 persen (mtm) dan biaya pulsa ponsel dengan andil deflasi -0,08 persen (mtm).
Di sisi lain, tekanan inflasi pada April 2020 juga berasal dari inflasi pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya yang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,09 persen (mtm). Menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 1,89 persen (mtm).
“Inflasi pada kelompok ini terutama disumbang oleh kenaikan harga emas perhiasan dengan andil inflasi sebesar 0,09 persen (mtm) yang didorong oleh peningkatan harga emas dunia karena ketidakpastian global akibat mewabahnya virus Covid-19,” tutup Wahyu.*
Febry