JAKARTA- Indeks Harga Konsumen (IHK) nasional pada April 2016 mencatat deflasi sebesar 0,45 persen (month to month/mtm), sejalan dengan perkiraan Bank Indonesia. IHK terutama disumbang oleh deflasi komponen barang yang diatur Pemerintah (administered prices) dan komponen bahan makanan bergejolak (volatile foods).
Deputi Departemen Komunikasi Bank Indonesia Andiwiayana. S dalam siaran pers di situs bi.go.id memaparkan, dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK secara tahunan (year on year/yoy) mencapai 3,60 persen (yoy) serta berada dalam kisaran sasaran inflasi Bank Indonesia, yaitu sebesar 4%±1% (yoy).
Kelompok administered prices (AP) secara bulanan (mtm) dan tahunan (yoy) mencatat deflasi masing-masing sebesar 1,70 persen (mtm) dan 0,84 persen (yoy).
“Deflasi kelompok AP pada bulan April 2016 terutama didorong oleh penurunan harga BBM, tarif angkutan umum, dan tarif tenaga listrik (TTL),” kata Andiwiayana.
Sementara, Kelompok volatile foods (VF) secara bulanan mencatat deflasi sebesar 1,04 persen (mtm), atau secara tahunan mengalami inflasi sebesar 9,44 persen (yoy). Deflasi kelompok VF terutama bersumber dari penurunan harga komoditas cabai merah dan beras, seiring dengan berlangsungnya panen raya. Selain itu, deflasi VF juga didorong oleh penurunan harga ikan segar, daging ayam ras dan cabai rawit.
“Sementara itu, inflasi inti masih relatif rendah dan tercatat sebesar 0,15 persen (mtm) atau 3,41 persen (yoy), terutama karena terjaganya ekspektasi inflasi dan masih terbatasnya permintaan domestik,” sebutnya.
Inflasi di akhir 2016 diperkirakan akan berada pada kisaran sasarannya, yaitu 4%±1% (yoy). Koordinasi kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi akan terus diperkuat.
“Dalam jangka pendek, penguatan koordinasi akan difokuskan pada upaya untuk mengendalikan tekanan inflasi menjelang bulan puasa dan lebaran,” tutupnya. (feb/*)