Akhirnya, Ruhana Kuddus Memperoleh Gelar Pahlawan Nasional

Leonardy Harmainy

JAKARTA – Perjuangan tak kenal lelah untuk  mendapatkan gelar Pahlawan Nasional bagi Almarhumah Ruhana Kuddus mencapai klimaksnya. Penantian panjang itu akhirnya berbuah manis. Almarhumah telah disetujui untuk dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.

“Alhamdulillah, syukur terhadap rahmat dan nikmat kita ucapkan ke hadirat Allah SWT/ Akhirnya perjuangan kita, seluruh elemen di Sumatera Barat membuahkan hasil yang manis. Almarhumah Rangkayo Ruhana Kuddus, perempuan luar biasa, pemilik sekaligus pendiri surat kabar perempuan pertama, perempuan yang sudah mampu melakukan ekspor impor ke Eropa itu akhirnya mendapatkan haknya,” ujar Leonardy, anggota DPD RI Dt. Bandaro Basa, S.IP., MH, Kamis (7/11/19). .

Menurut Leonardy berbagai upaya sudah dilakukan pemerintah, masyarakat dan tokoh-tokoh Sumatera barat agar Ruhana Kuddus memperoleh gelar Pahlawan Nasional. Sejak lama, tanpa kenal lelah, beberapa kali menggelar seminar nasional, menggelar berbagai diskusi untuk pengusulan Ruhana Kuddus sebagai Pahlawan nasional sudah dilakukan . Bahkan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) secara kelembagaan juga telah mengajukan usul dan rekomendasi terkait penganugerahan gelar Pahlawan Nasional untuk Ruhana Kuddus. Ketua DPD RI periode 2014-2019, Dr. Osman Sapta Odang telah menulis surat kepada Menteri Sosial RI.

Terakhir, nama Ruhana Kuddus diusulkan lagi melalui Surat Menteri Sosial RI No. 23/MS/A/09/2019 tertanggal 9 September 2019 perihal usulan calon Pahlawan Nasional tahun 2019. Dalam pertemuan Dewan Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan dengan Presiden RI pada Rabu (6/11/19), telah didapatkan persetujuan untuk menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional bagi Ruhana Kuddus

“Insya Allah, penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional akan dilangsungkan di Istana Negara, Jumat 8 November 2019. Rencananya akan dihadiri oleh Gubernur Sumatera Barat dan ahli waris penerima gelar pahlawan nasional ujar Ketua Badan Kehormatan DPD RI itu.

Rencana penganugerahan ini tentu saja menggembirakan Leonardy. Sebab berlarutnya proses usulan penganugerahan gelar itu sempat membuat khawatir. Makanya setelah dilantik sebagai Anggota DPD RI pada 23 Mei 2017, ia intens mendorong setiap upaya yang dilakukan agar segera terealisasi.

Sebagai orang Koto Gadang dan kini dipercaya sebagai Ketua Kerapatan Adat Nagari Koto Gadang, Leonardy  terus berupaya sekuat tenaga untuk pengakuan  Rangkayo Ruhana yang lahir di Koto Gadang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat itu menjadi pahlawan nasional.

Ruhana Kuddus lahir 20 Desember 1884 dan meninggal di Jakarta pada 17 Agustus 1972 (87 tahun). Sebagai perempuan ia tak ingin melihat kaumnya menjadi sosok yang lemah. Baginya, perempuan harus mandiri. Makanya Ruhana dengan segala tantangan, berjuang memberdayakan perempuan di sekitarnya dengan mendirikan sekolah keterampilan khusus perempuan pada tanggal 11 Februari 1911 yang diberi nama Sekolah Kerajinan Amai Setia. Di sekolah ini diajarkan berbagai keterampilan untuk perempuan, keterampilan mengelola keuangan, tulis-baca, budi pekerti, pendidikan agama dan Bahasa Belanda. Dia mendapatkan ketrampilan yang dia ajarkan ke kaumnya tersebut saat sang ayah bertugas di Alahan Panjang dan bertetangga dengan atasannya orang Belanda.

Rangkayo Ruhana Kuddus (foto : dok pmed)

Tidak hanya sekedar kemampuan dan keterampilan untuk kaum perempuan. Ruhana ingin keterampilan itu juga dapat menunjang ekonomi keluarga dan masyarakat. Maka hasil kerajinan Amai Setia menjadi basis industri rumah tangga dan dikembangkan mirip dengan koperasi simpan pinjam saat in dengan semua anggotanya perempuan.

Lewat lembaga ini dia memasarkan hasil kerajinan itu ke Eropa karena memenuhi syarat ekspor. Ruhana juga menjalin kerjasama dengan pemerintah Belanda karena ia sering memesan peralatan dan kebutuhan jahit-menjahit untuk kepentingan sekolahnya.

Patut diketahui, Ruhana Kuddus pun adalah sepupu H. Agus Salim, kakak tiri dari Soetan Sjahrir, juga mak tuo (bibi) dari penyair terkenal Chairil Anwar. Ruhana sezaman dengan Kartini. Zaman dimana akses perempuan untuk mendapat pendidikan yang baik sangat dibatasi. Berkat kegigihannya dia berhak atas sebutan pendiri surat kabar perempuan pertama di Indonesia.

Ruhana juga telah menerbitkan surat kabar Sunting Melayu dan menjadikannya surat kabar perempuan pertama di Indonesia yang pemimpin redaksi, redaktur dan penulisnya adalah perempuan. Ruhana juga memimpin surat kebar Perempuan Bergerak, redaktur surat kabar Radio yang diterbitkan Tionghoa-Melayu di Padang dan surat kabar Cahaya Sumatera.

Ditambahkannya, kiprah Ruhana di bidang jurnalistik mengantarkannya menerima penghargaan Wartawati Pertama Indonesia pada tahun 1974. Dia telah pula diberikan penghargaan sebagai Perintis Pers Indonesia pada Hari Peringatan Pers Nasional ke-3 tahun 1984.

Ruhana Kuddus juga telah dianugerahi Bintang Jasa Utama Pemerintah RI pada tahun 2007. Bintang Jasa Utama sebagai medali sipil tertinggi diberikan pemerintah terhadap warga sipil yang berjasa bagi negara. Mengingat pengakuan terhadap Ruhana, makanya pada iven Hari Pers Nasional pada 9 Februari 2018, Leonardy menghimbau para wartawan, khususnya wartawati menyuarakan penganugerahan gelar pahlawan nasional bagi Ruhana ini.

“Sebagai putra daerah Koto Gadang, Ketua Kerapatan Adat Nagari Koto Gadang, saya mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Republik Indonesia atas anugerah ini. Terima kasih juga kepada Menteri Sosial dan jajarannya, Gubernur dan jajarannya, Bupati Agam dan jajarannya, ahli waris dan seluruh pihak yang tak jemu membuat usulan, memberikan dukungan baik moril dan materil,” ujarnya. (nit/*)

print

BERITA TERKAIT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

For security, use of Google's reCAPTCHA service is required which is subject to the Google Privacy Policy and Terms of Use.