Agam akan Kembangkan Budi Daya Kopi Arabika

Kopi arabika.
Kopi arabika.

AGAM – Pemerintah Kabupaten Agam, Sumatera Barat bertekad mengembangkan budi daya kopi arabika mengingat prospeknya yang sangat menjanjikan.

Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Agam, Yulnasri, kepada padangmedia.com, Senin (30/5, di ruang kerjanya mengatakan, saat ini Agam belum mampu memenuhi permintaan pasar, karena produksi Kopi Arabika daerah masih terbatas.

“Kami akan berupaya menggenjot perluasan tanam guna meningkatkan produksi,” ujarnya.

Dijelaskannya, saat ini luas tanaman kopi arabika 306 hektare. Namun, yang berproduksi baru 210 ha dengan hasil 202 ton per tahun. Tingkat produktivitas sekitar 0,96 ton per ha.

Kawasan pengembangan kopi arabika antara lain Kecamatan Canduang, Palembayan dan Palupuah. Namun, Yulnasri menilai, semua kecamatan di Agam belahan timur cocok untuk pengembangan kopi arabika. Sementara, di wilayah Agam Barat, daerah yang potensi pengembangan tanaman kopi arabika adalah Kecamatan Matur dan Tanjung Raya.

Keinginan Pemkab Agam untuk mengembangkan tanaman kopi arabika mendapat sambutan luar biasa dari warga. Pasalnya, mereka sudah mengetahui prospek kopi tersebut. Di samping harga jual yang tinggi, permintaan pasar pun tinggi.

Untuk menekan pengaruh buruk tengkulak terhadap pemasaran kopi arabika, kini Agam sudah punya Forum Kopi. Forum inilah yang diharapkan mampu menyelesaikan beragam masalah yang dialami petani kopi.

Di samping kopi, tanaman kakao juga sangat menjanjikan di Kabupaten Agam. dulu, Agam pernah menjadi penghasil kakao terbesar di Sumbar. Namun kini, semua itu tinggal cerita. Walau demikian, menurut Yulnasri, Pemkab Agam akan berupaya “mambangkik batang tarandam,” dengan menjadikan kembali Agam sebagai penghasil kakao terbesar di Sumbar.

Di samping perluasan kebun, Pemkab Agam melalui Dishutbun bukan hanya melakukan perluasan kebun, tetapi juga meningkatkan ilmu dan keterampilan pekebun.

Untuk meningkatkan SDM pekebun kakao, Dishutbun telah melakukan berbagai pembinaan, penyuluhan, dan bimbingan teknis,serta sekolah lapang. Sekolah lapang yang dilaksanakan baru-baru ini adalah SLPHT (Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu).

SLPHT dilaksanakan di Kecamatan Ampek Koto dan Palembayan. Dalam SLPHT, yang berlangsung 12 kali pertemuan itu, petani kakao dibekali dengan ilmu dan keterampilan  seputar hama tanaman dan cara mengendalikannya. (fajar)

print

BERITA TERKAIT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

For security, use of Google's reCAPTCHA service is required which is subject to the Google Privacy Policy and Terms of Use.