AGAM- Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Agam mendata, sedikitnya 5 ton ikan Keramba Jaring Apung (KJA) milik masyarakat di Danau Maninjau mati akibat angin kencang yang terjadi beberapa hari lalu. Kerugian akibat kematian ikan itu ditaksir mencapai Rp18 juta. Petani diminta untuk mengurangi tebar bibit ikan dan memanen atau memindahkan ikan jika kondisi cuaca memburuk.
Kepala DKP Agam Ermanto, Sabtu (20/2) menjelaskan, kematian ikan tersebut disebabkan angin kencang yang melanda kawasan Danau Maninjau beberapa hari lalu. Angin menyebabkan lumpur bercampur belerang dan residu pakan ikan di dasar danau naik ke permukaan sehingga ikan menjjadi kekurangan oksigen.
“Ikan di KJA milik masyarakat itu terpantau mulai mati sejak kemarin (Jumat, 19/2) dan diperkirakan sudah mencapai 5 ton,” kata Ermanto.
Kematian ikan keramba menurut nya terjadi di sekitar wilayah Nagari Bayur, Maninjau dan Nagari Koto Duo. Jenis ikan yang mati antara lain dari jenis Ikan Nila dan Ikan Mas yang sedianya sudah bisa dipanen.
“Agar tidak menimbulkan kerugian lebih besar sebaiknya ikan-ikan tersebut dipanen atau dipindahkan ke tempat lain ketika cuaca mulai memburuk,” sarannya.
Kematian ikan-ikan keramba milik masyarakat petambak di Danau Maninjau tidak sekali ini saja terjadi. Menurut Ermanto, sepanjang tahun 2015 telah terjadi kematian ikan sebanyak 175 ton dengan kerugian sekitar Rp3 miliar.
Kemudian di tahun 2014, juga terjadi kematian ikan sebanyak 1.087,38 ton, tahun 2013 sebanyak delapan ton, tahun 2012 sebanyak 300 ton, pada 2011 sebanyak 500 ton dan 2010 sebanyak 500 ton. Pemkab Agam mengeluarkan edaran agar petani petambak ikan mengurangi padat tebar bibit ikan untuk menghindari kerugian lebih besar. (fajar)