PADANG – Dunia ramai-ramai mengecam pembantaian terhadap etnis Muslim Rohingya dan meminta Myanmar untuk segera menghentikannya. Seruan dunia itu disampaikan menyusul kekerasan terhadap Rohingya dalam beberapa waktu terakhir, yang tidak diakui kewarganegaraannya oleh Myanmar dan banyak mengungsi ke Bangladesh.
Ustad Jel Fatullah, Presiden WHC (Word Human Care), salah satu organisasi kemanusiaan yang baru saja pulang dari perbatasan Myanmar mengatakan, kekerasaan terhadap pengungsi Muslim Rohingya masih terjadi saat dunia sudah melakukan protes.
“Hal ini berani saya sampaikan karena kita menyaksikam sendiri. Saat itu, Kamis, 6 September 2017, kami membagikan bantuan di salah satu tempat pengungsian. Namun, sebelum selesai membagikan bantuan, kami dievaluasi keluar dari lokasi oleh tim yang membantu di sana. Diketahui pada pukul 11 waktu setempat telah dieksekusi (ditembak, red) seorang tokoh ulama di sana faizul Islam yang berfungsi sebagai ahli fatwah dengan 15 orang muridnya,” bebernya.
Selain itu, juga terjadi pembakaran hidup- hidup sekitar 200 pengungsi di dalam sebuah shelter yang dikunci dari luar di daerah yang bernama Nashidong, yang merupakan salah satu tempat yang ditempuh pengungsi untuk menyeberang ke Bangladesh.
“Dalam hal ini, agar berita – berita yang dicoba disimpangsiurkan kita coba luruskan. Karena ini adalah sesuai fakta yang ada di lapangan,” kata Ustadz Jel Fatullah dalam diskusi lintas ormas di Masjid Nurul Iman Padang, Minggu (17/9).
Lebih lanjut disampaikan, kondisi pengungsi semuanya saat ini sangat memiriskan. Baik makanan, pakaian, krisis air, bahkan tempat mereka berteduh (tenda,red) hanya ditutupi atap dan dinding dari plastik. Banyak anak – anak yang berusia dari 12 tahun ke bawah tak mengenakan pakaian sama sekali. Begitu juga di sana sangat kekurangan tenaga medis sehingga para pengungsi banyak yang sudah terjangkit penyakit.
“Bahkan untuk bantuan yang kami berikan itu tidak cukup, baik itu dari Turki, Indonesia serta negara lainnya. Karena, untuk satu pengungsian saja ada sekitar 3000 KK. Sementara, di sana kita ketahui ada sekitar 11 titik pengungsian dengan total pengungsi sekitar 490.000 pengungsi,” ungkap Presiden WHC (Word Human Care) untuk Indonesia ini yang juga dikatakan sudah ada cabang WHC di Hongkong dan Siriah.
Sementara itu, Ketua Forum Masyarakat Minang Irfianda Abidin mengatakan, permasalahan muslim Rohingya harus secara bersama – sama ditanggapi secepatnya. Karena, itu adalah masalah kemanusiaan dan juga menyangkut umat muslim yang ada di sana.
“Targetnya adalah memberikan bantuan secepatnya, bagaimana disana dapat membuat tempat – tempat darurat yang layak. Untuk jangka panjangnya, bagaimana mereka di sana tidak diburu lagi, di bantai lagi dan ini perlu perjuangan diplomatik,” katanya.
Ia juga menghimbau, masyarakat Minang, baik yang ada di ranah maupun perantau harus peduli terhadap nasib sesama muslim. “Mari kerahkan semua kekuatan, potensi, baik itu berupa bantuan dana atau menjadi relawan untuk membantu saudara kita di sana. Demi saudara-saudara kita yang ada di Myanmar, kita harus memberikan dukungan mental kepada mereka,” ajaknya. (baim)
Komentar