AGAM – Perairan Danau Maninjau tercemar karena berbagai sumber, di antaranya Keramba Jala Apung (KJA), limbah pertanian, limbah keluarga dan penyebab lainnya. Namun, untuk membersihkan danau yang indah itu, tidak mesti dengan menghabiskan KJA dari perairan Danau Maninjau.
Hal itu disampaikan pemuka masyarakat Agam yang juga Calon Bupati Agam nomor urut 2, H. Indra Catri Dt. Malako Nan Putiah kepada padangmedia.com, Kamis (3/12). Menurutnya, keberadaan KJA merupakan tonggak ekonomi banyak keluarga di salingka Danau Maninjau. Membersihkan Danau Maninjau dari KJA, sama saja dengan “memelaratkan” keluarga yang menggantungkan asap dapur mereka dari usaha KJA.
“Bagaimanapun, KJA terbukti telah mampu meningkatkan kesejahteraan warga Salingka Danau Maninjau. Maka, sangat tidak manusiawi membasmi KJA dari perairan Danau Maninjau,” ujarnya.
Ia mengaku ada pemuka masyarakat Agam menyatakan, untuk membersihkan Danau Maninjau, KJA mesti dihabiskan dari perairan danau dimaksud. Pernyataan demikian, menurut Indra Catri, adalah pernyataan yang tidak perlu dilontarkan seorang tokoh. Karena yang dibutuhkan dalam pembersihan Danau Maninjau adalah kegiatan yang tidak memelaratkan warga Salingka Danau Maninjau.
“Ibarat kata pepatah, membersihkan danau mesti dilakukan seperti menarik rambut dalam tepung. Rambut tidak putus, dan tepung tidak terserak,” ujarnya pula.
Upaya dimaksud perlu pemikiran matang, tidak main hantam kromo begitu saja. Perlu dipikirkan nasib ribuan keluarga yang selama ini menggantungkan hidup mereka pada usaha KJA, baik buruh panen, buruh pemelihara KJA atau pemilik KJA itu sendiri.
Upaya yang telah dilakukan Pemkab Agam selama ini, antara lain menata KJA. Penataan meliputi mengatur KJA agar tidak ditempatkan terlalu dekat ke tepi danau dan menghimbau agar KJA tidak terlalu menumpuk dalam jumlah besar dalam satu lokasi. Kemudian menyarankan agar tidak terlalu royal dalam memberi makan ikan, sehingga residu pakan tidak terlalu banyak menumpuk di dasar danau.
Di samping itu,juga memberdayakan warga untuk mengangkat tumpukan lumpur bercampur residu pakan dan kotoran ikan, dengan kemampuan yang ada. Salah satu alat yang digunakan untuk itu adalah “dauah.” Dauah temuan warga Koto Malintang itu mampu mengangkat lumpur dari dasar danau, terutama di bawah KJA. Lumpur yang berhasil diangkat sangat bagus untuk pupuk tanaman.
“Untuk menjaga kebersihan perairan danau, dibutuhkan kebersamaan. Maksudnya, warga jangan membuang limbah dan sampah ke dalam danau, atau ke dalam kali dan bandar yang bermuara ke danau,” kata Indra.
Para petani KJA juga harus berupaya agar pakan ikan tidak banyak tertumpah ke dalam danau. Pihak pemerintah juga dituntut untuk selalu memberikan bimbingan dan pembinaan kepada warga,terutama dalam upaya menjaga kebersihan perairan Danau Maninjau.
Bila warga Salingka Danau Maninjau tidak mau melakukan upaya dimaksud, maka pencemaran danau akan terus berlanjut. Pemerintah tidak akan mampu melakukan pembersihan danau, tanpa dukungan dari segenap warga, dan pemilik KJA,serta pihak terkait lainnya. (fajar)
Komentar