PADANG – Negara Indonesia menjadi target operasi dunia internasional, terutama Amerika, untuk dijadikan seperti Negara Uni Soviet yang terpecah-pecah melalui perang ideologi dan pengaruh ekonomi. Pada akhirnya bertujuan untuk menguasai sumber daya alam Indonesia yang saat ini masih banyak yang belum tergarap.
Hal tersebut disampaikan Akademisi Universitas Andalas, Harry Efendi Iskandar dalam seminar hari kemerdekaan yang digelar oleh Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Padang yang mengangkat tema ‘Memaknai Kemerdekaan Demi Mempertegas Nasionalisme Indonesia’, Rabu (19/8) malam.
Harry mengatakan, kondisi sosial masyarakat Indonesia saat ini sudah mulai apatis dengan gejala semakin menipisnya kesadaran sosial masyarakat dan semakin menguatnya orientasi pribadi. “Gejala tersebut sebagai tanda awal terkotak-kotaknya sosial masyarakat yang berujung pada terpecahnya rasa persatuan dan kesatuan sebagai bangsa,” ungkap Harry.
Sementara itu, tokoh ulama Sumbar, Buya Bagindo M. Letter mengatakan, peranan agama terutama agama Islam terhadap nilai-nilai nasionalisme menurut beberapa peneliti dapat menyelesaikan berbagai problematika kehidupan dan dapat memperkuat persatuan dan kesatuan umat melalui konsep ukhuwah Islamiyah. Peneliti yang dimaksud di antaranya Maurice Bucaille dari Perancis dan Prof.Dr.Syauki Futaki dari Jepang.
Ketua Forum Bela Negara (FBN) Sumbar, Kolonel (Purn) Amir Syarifudin mengatakan, jenis perang yang harus diwaspadai saat ini bukan perang secara fisik, melainkan perang proksi (proxy war) yang merongrong ideologi Pancasila.
“Ancaman NKRI saat ini, yakni neoliberalisme, sosialis demokrasi kiri baru, komunis gaya baru dan Islam politik radikal. Untuk itu, kita harus memperkuat rasa nasionalisme dan berwawasan kebangsaan sehingga mampu melawan perang proxy di Indonesia,” tegasnya.
Perang Proxy atau Proxy War merupakan perang antara dua pihak yang tidak saling berhadap-hadapan, namun menggunakan pihak ketiga untuk mengalahkan musuh. Perang proxy tidak dapat dikenali secara jelas siapa kawan dan siapa lawan, karena musuh menggunakan dan mengendalikan actor non state. Di antaranya ditandai dengan gerakan separatis, demonstrasi massa dan bentrok antar kelompok. (baim)
Komentar