SINGKARAK – Keberadaan Ikan Bilih ikan khas Danau Singkarak, Sumatera Barat semakin langka. Hasil tangkapan nelayan di danau yang terletak di dua kabupaten ini semakin hari semakin menipis.
Kondisi semakin langkanya Ikan Bilih dikeluhkan oleh nelayan tradisional di sekitar Danau Singkarak. Seperti nelayan tradisional di Nagari Guguk Malalo Batipuh Selatan, Tanahdatar.
Walinagari Guguak Malalo, Mulyadi mengungkapkan, hasil tangkapan nelayan tradisional semakin menipis karena populasi Ikan Bilih terganggu dengan aktifitas penangkapan yang dilarang serta munculnya keramba-keramba.
“Ada oknum yang melakukan penangkapan ikan dengan cara dilarang seperti disetrum. Setiap hari ada saja Ikan Bilih yang mati terapung akibat disetrum oleh oknum,” kata Mulyadi.
Di samping itu, maraknya keramba jaring apung juga membuat populasi Ikan Bilih semakin menurun. Padahal, dulunya Ikan Bilih merupakan penyangga utama perekonomian masyarakat di sekitar Danau Singkarak.
Mulyadi mengkhawatirkan, jika kondisi itu tidak cepat ditanggulangi maka diperkirakan dalam waktu tak lama lagi Ikan Bilih hanya akan tinggal nama. Penangkapan ikan dengan setrum listrik, limbah rumahtangga serta jaring apung mengancam populasi ikan yang telah menjadi ciri khas Danau Singkarak tersebut.
“Kami sudah mengimbau kepada pemilik jala apung untuk menutup usahanya karena merugikan nelayan tradisional. Populasi Ikan Bilih semakin terancam dan kalau tidak ditanggulangi nantinya hanya tinggal nama,” keluhnya.
Ikan Bilih, merujuk kepada deskripsi wikipedia disebut juga sebagai Ikan Bako dengan nama latin Mystacoleucus padangensis adalah sejenis ikan air tawar anggota suku Cyprinidae. Ikan ini berukuran kecil berwarna putih dan bersisik.
Populasi ikan ini menyebar terbatas (endemik) di pulau Sumatera, terutama di Danau Singkarak dan Danau Maninjau di Sumatera Barat serta sungai-sungai kecil di sekitarnya, termasuk Batang Kuantan di Kabupaten Kuantan Singingi yang berhulu ke Danau Singkarak. (feb)
Komentar