PADANG – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) wilayah Sumatera Barat berupaya untuk terus mendorong penguatan potensi ekonomi daerah dengan tujuan untuk pengendalian inflasi. Salah satu langkah yang dilakukan adalah pengembangan klaster dengan kerjasaman dengan pemerintah daerah melalui instansi terkait.
Salah satu klaster yang dikembangkan adalah Klaster Holtikultura di Payakumbuh. Klaster tersebut berupa kegiatan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT), sebagai salah satu program pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Kepala Perwakilan BI Sumatera Barat Puji Atmoko, Kamis (6/10) menyebutkan, pengembangan klaster hortikultura di Payakumbuh tersebut telah dimulai sejak tahun 2015 dan direncanakan berjalan selama 3 tahun.
“Program pengembangan klaster ini merupakan kerjasama antara BI Sumbar dengan sejumlah instansi terkait yang diharapkan mampu menciptakan peningkatan produksi hortikultura, perbaikan mekanisme pertanian dari pertanian konvensional menjadi pertanian modern, penguatan aspek kelembagaan petani melalui pendirian koperasi dan keterbukaan akses keuangan,” terangnya.
Dalam merancang dan melaksanakan program pengembangan klaster tersebut, BI Sumbar bekerjasama dengan Dinas Pertanian, Tanaman Pangan Prov. Sumbar, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Sumbar, Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Provinsi Sumbar dan Dinas Tanaman Pangan, Perkebunan dan Kehutanan Kota Payakumbuh. Dengan pola kerja sama ini diharapkan tercipta sinergi yang kuat antar instansi sehingga mampu memberikan hasil yang maksimal.
“Program SLPHT ini merupakan salah satu program terpadu mulai dari proses input, produksi, sampai dengan pemasaran yang diterapkan pada Kelompok Tani (Poktan) Bina Bersama dan Baliak Mayang di Kota Payakumbuh,” ujarnya.
Program SLPHT ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman petani tentang teknologi pengendalian hama dan penyakit pada tanaman hortikultura secara efektif dan efisien sehingga mampu menekan angka kehilangan hasil pada petani. Program mencakup beberapa kegiatan yaitu pertemuan persiapan (kesiapan peserta, kontrak belajar dan pemaparan teknis budi daya sesuai SLPHT), pertemuan rutin selama 20 kali pertemuan (materi khusus, pengamatan dan kerja lapang), dan ditutup dengan kegiatan field day (temu lapang petani, diskusi dan presentasi terkait hasil SLPHT).
Selama kurang lebih 5 bulan pelaksanaan SLPHT ini, para petani diharapkan mampu mengimplementasikan budi daya tanaman hortikultura dengan lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya. Selain itu, para petani diharapkan makin sadar akan perlunya penanganan dan pengendalian hama dan penyakit agar terhindar dari penurunan produksi tanaman. Untuk itu, dalam langkah penguatan, para petani akan dibekali dengan metode pengendalian serangan hama dan penyakit melalui demonstrasi plot (demplot) tanaman di lahan pertanian yang dilakukan selama periode September 2016 sampai dengan Februari 2017.
“Program pengembangan klaster KPw BI Sumbar sebagai salah satu upaya di bidang pengendalian inflasi daerah dan pengembangan potensi ekonomi daerah,” tegasnya.
Dia menambahkan, sumber utama tekanan inflasi Indonesia banyak dipengaruhi supply side (sisi penawaran) yang disebabkan gangguan produksi, distribusi maupun kebijakan pemerintah, khususnya terkait komoditas bahan pangan. Saat ini komoditas bahan pangan merupakan penyumbang utama inflasi di Indonesia.
Dalam situasi dan kondisi seperti itu, dan sejalan dengan tujuan mengendalikan laju inflasi, Bank Indonesia dinilai perlu turut serta menjaga ketersediaan pangan. Kecukupan ketersediaan bahan pangan dipercaya mampu menjaga sisi supply sehingga mampu meredam gejolak harga sekaligus membantu mengendalikan laju inflasi.
Keikutsertaan Bank Indonesia menjaga sisi supply itulah yang kemudian diwujudkan dalam bentuk program pengembangan klaster komoditas bahan pangan. Adapun kriteria pemilihan komoditas bahan pangan yang akan dikembangkan dengan model klaster, selain komoditas yang menjadi sumber tekanan inflasi, komoditas yang berorientasi ekspor dan komoditas yang merupakan unggulan di wilayah Sumbar merupakan jenis-jenis komoditas pilihan yang bisa dikembangkan pula.
Saat ini, ada empat klaster yang sedang dijalankan oleh Kantor Perwakilan BI Sumbar. Ke empat tersebut adalah klaster cabai merah di Nagari Pandai Sikek Kabupaten Tanah Datar, klaster pembibitan sapi di Kinali Kabupaten Pasaman Barat, klaster hortikultura di Kota Payakumbuh dan klaster sapi perah di Kota Padangpanjang. Klaster tersebut dipantau secara terus menerus perkembangannya bersama-sama dengan instans terkait.
“Harapannya, setelah tiga tahun pelaksanaan perogram pengembangan klaster tersebut, masing-masing klaster menjadi mandiri dalam melanjutkan dan mengembangkan usahanya, baik dari sisi produksi, pemasaran, kelembagaan dan akses keuangan,” tutupnya. (feb/*)
Komentar