PADANG – Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) RI Arcandra Tahar memberikan kuliah umum di Universitas Andalas (Unand), Kamis (20/10). Dalam kuliah umum tersebut, Archandra berbicara panjang lebar tentang kebijakan strategis industri minyak dan gas (migas) di Indonesia dalam perspektif ekonomi dan teknologi.
Menurutnya, potensi migas di Indonesia sangat besar dan akan memberikan dampak ekonomi yang cukup tinggi. Namun, persoalan besar yang menjadi kendala dalam mengelola potensi tersebut adalah masalah dana dan teknologi.
“Kita memiliki sumber daya alam yang besar di bidang perminyakan dan gas bumi, juga memiliki sumber daya manusia. Namun yang menjadi kendala adalah bahwa kita tidak memiliki cukup dana dan teknologi yang memadai,” ungkapnya.
Indonesia, katanya, memiliki cadangan yang besar di bidang perminyakan dan gas. Jika potensi itu bisa tergarap maksimal, akan memberikan dampak yang lebih besar pula dalam perekonomian nasional. Untuk mengolah potensi itu, menurutnya, Indonesia membutuhkan “petarung-petarung” yang handal di bidang industri perminyakan dan gas.
Dalam kuliah umum yang berlangsung di Convention Hall itu, Arcandra lebih banyak berbicara mengenai minyak dan gas. Dia tidak mengungkapkan soal potensi renewable energy (energi terbarukan) seperti panas bumi dan kelistrikan. Untuk berbicara listrik, akan berkaitan dengan mineral. Hal itu diungkapkan menjawab pertanyaan wartawan soal target Kementerian ESDM ke depan dalam rangka menggali potensi energi dan sumber daya mineral.
“Tadi hanya fokus kepada migas, tidak bicara soal renewable energy atau energi terbarukan,” ujarnya.
Kedatangan Arcandra ke Padang, Sumatera Barat merupakan kunjungan pertamanya setelah dilantik sebagai Wakil Menteri ESDM, pekan lalu (Jumat, 14/10). Dia sempat dilantik menjadi Menteri ESDM pada Juli 2016 namun baru 20 hari menjabat terpaksa diberhentikan dengan hormat karena tersandung masalah kewarganegaraan. (feb)
Komentar