SAWAHLUNTO – Berbagai tradisi unik banyak dilakukan masyarakat menjelang masuknya bulan suci ramadhan 1437 H. Salah satunya di Nagari Kajai Desa Balai Batu Sandaran, Kecamatan Barangin Kota Sawahlunto. Di sana, masyarakat setempat menggelar prosesi adat tolak bala bernama ‘Bakaru Nagari’.
Kegiatan tersebut sudah menjadi tradisi tahunan masyarakat desa itu diawali dengan melantunkan zikir secara bersama-sama sembari memanjatkan doa tolak bala agar dijauhkan dari kesulitan dan pertentangan sesama warga. Doa yang dipanjatkan juga agar Allah SWT memberkahi rezeki dan hasil panen yang melimpah.
Ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) Kajai, Thamrin DT Malano Sati menyatakan, masing-masing warga diwajibkan membawa makanan yang disajikan dalam wadah yang biasa disebut dulang dan ditutup dengan sehelai kain yang juga berfungsi sebagai hiasan.
“Makanan tersebut akan disantap bersama oleh seluruh pemuka adat dan masyarakat. Didahului dengan saling berbalas pantun yang dikenal dengan istilah pasambahan,” sebut Thamrin kepada padangmedia.com usai
kegiatan, Rabu (1/6)
Setelah makan bersama, seluruh rangkaian kegiatan Bakaru Nagari tersebut ditutup dengan prosesi Baureh Parasan. Prosesi tersebut, yakni membasuh kepala dengan air bercampur empat jenis daun-daunan khusus. Daun-daunan itu dikenal masyarakat setempat dengan sebutan Daun Tawa Nan Ampek yang biasa digunakan sebagai bahan obat
tradisional.
“Prosesi tersebut dimaknai sebagai upaya mensucikan diri sebelum melaksanakan ibadah puasa ramadhan,” jelasnya.
Kepala Desa setempat, Masril menambahkan, prosesi bakaru nagari tidak hanya dilaksanakan ketika memasuki bulan ramadhan saja. Tradisi itu juga dilaksanakan pada saat memperingati hari – hari besar agama Islam, seperti Isra’ Mi’raj, tahun baru Islam dan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Tradisi tersebut sudah dikenal masyarakat desa itu sejak beratus tahun silam. Lokasi yang dikenal sebagai balai adat Batu Sandaran masih terawat hingga saat ini dan diabadikan menjadi nama desa itu. (tumpak).
Komentar