PADANG – A Create, iven dari PT HM Sampoerna hadir di Kota Padang. Iven ini merupakan ajang rutin tahunan Sampoerna dalam rangka ikut berbagi menunjang kreatifitas seni dari berbagai komunitas.
“Jika tahun sebelumnya ada iven Soundrenalin, maka kali ini Sampoerna lebih mengedepankan kreatifitas,” kata Oni Maverick, Humas penyelenggara A Creatif Go A Head, Minggu (18/10).
Iven ini, kata Oni, menjadi wadah bagi kreator seni di Kota Padang, Sumatera Barat dari berbagai komunitas. Diantaranya ada sinematografi, seniman musik, fotografi, pelukis, grafiti dan sebagainya.
Selain itu, dalam iven ini juga digelar workshop dengan menghadirkan tiga pemateri antara lain Arifin Windarman, Ade Darmawan dan Anton Ismael.
Arifin Darmawan dari UNKL347 memaparkan, kreatifitas sudah ada di dalam diri setiap manusia. Namun persoalannya adalah ketika membangun kreatifitas itu menjadi sebuah potensi human development untuk kemandirian.
“Selain pengembangan, juga bagaimana kreasi itu tidak sebagai “follower” dari kreasi yang sudah ada tetapi benar-benar menciptakan sesuatu yang baru,” kata Arifin.
Sementara itu, Ade Darmawan dari Ruang Rupa menambahkan, sebuah kreatifitas membutuhkan jaringan (network). Tanpa membangun jaringan apapun bentuk kreatifitas tidak akan berkembang.
” Sebuah kreatifitas membutuhkan jaringan. Tanpa itu, tidak akan berkembang,” ujarnya.
Termasuk jaringan dimaksud adalah media massa. Melalui publikasi, para kreator akan bisa mengkomunikasikan kreasinya kepada masyarakat sehingga hasilnya bisa dipahami dan diterima sebagai sebuah hasil karya.
Senada, Anton Ismael, fotografer dari komunitas Pagi menuturkan, dalam kreasi seni, komunikasi adalah suatu ilmu yang harus dikuasai, termasuk dalam karya fotografi. Untuk mengkomunikasikan sebuah karya, seorang fotografer harus memiliki pemikiran global dan menyampaikan hasil karyanya dalam bahasa global.
” Dalam setiap karya, hendaknya mengedepankan konten lokal tetapi komunikasi yang disampaikan haruslah bahasa global sehingga hasil karyanya bisa dipahami oleh semua orang dari berbagai belahan dunia dan berbagai kalangan,” sarannya.
Spesifik kepada fotografi, Anton menjelaskan bahwa sebuah karya fotografi bisa berharga mahal tetapi juga tidak ada nilai tergantung dari sudut pandang. Ia tidak sependapat dengan sistim nilai hasil karya melalui perlombaan.
” Penghargaan yang diberikan dalam hal itu hanyalah sebuah nilai dari segelintir orang,” katanya.
Mengomentari iven A Create3, Anton melihat iven ini sebagai sebuah kesempatan. Berbagai komunitas bisa saling berbagi pengalaman dari berbagai komunitas.
” Hari ini merupakan kesempatan bagi para kreator untuk saling belajar. Artis belajar dari pelukis, pelukis belajar sari fotografer dan sebagainya,” tandasnya. (feb)
Komentar